jika kita ingin mencapai sesuatu hidup yang baik, yang indah, dan terasa bernilai serta bermakna. maka hal yang harus kita lakukan adalah membebaskan diri dari kekuasaan irasional, hawa nafsu dan emosi serta mengarahkan diri menurut akal budi.

Jumat, 14 Januari 2011

because of love


Yes, love is everywhere. Love is in me and you too. But yet we still ask what love is. And at the same time we might not know how to love! Everyone wants to love and be loved in life. Call it addiction to love or whatever; love is a feeling that cannot be described in words. It has to be felt. Scientifically it is difficult to tell the causes of love. Love has depth. It cannot be defined due to its limitless nature, yet it is in how we define it, that gives our life meaning. Read on to find out some killer strategies on how to make others love you.
One of the most important things we as humans need to learn is self-love. If we do not love ourselves, it is impossible for others to love us or for us to love anyone else. If you want others to love you, you must love yourself. If you willing to love yourself you will love others and others will love you too. It is as simple as that. The reverse is also true if you go through life hating yourself you can end up hating others and if you go through life hating others then others hate you too.
Trust is one of the important aspects in love. If you love someone and you want the love of that person in return, all you have to do is to trust that person. As a matter of fact, trust makes a strong bond between any relationships. The relationship could be very fragile and never last long if you keep thinking of “Can I trust him, how can I be sure he will never betray me.” So, trust a person and expect trust from that person.


When you are concerned about other people they will automatically start being concerned about you. You see once you start caring about people you would automatically start receiving love and support from them. If someone needs your help, learn to offer a helping hand selflessly without any incentives. You see its common human nature that when you help someone they tend to remember and help you one day. Care, concern and help others are something which will make people love you.
Some people are self centered and always think about themselves. These kinds of people are hated the most by everyone. Remember true love is self-less. So, stop using the word me and start to listen to others. Show your respect and attention to them rather than you own. Appreciate the achievement of others even it is just a small one. Your appreciation will make others feel worthy and important. When you make someone feel worthy they automatically give you one of the most incredible gifts you can imagine which are love.    
We need love from the moment we are born to thrive. We might survive but we do not thrive without abundant love. Everybody needs love because it is the simple answer to almost any question. Love is not outside us, though we can block our awareness of it. Love remains the truth of our being, regardless of our relentless attempts to let fear stand in its way. Love patiently calls to us from within, to get out of the way and let it be our guide. Show your love to others, they will definitely shower you with love from all corners.

Kamis, 13 Januari 2011

"Everywhere"


Turn it inside out so I can see 
The part of you that's drifting over me
 
And when I wake you're, you're never there
 
But when I sleep you're, you're everywhere
 
You're everywhere
 


Just tell me how I got this far
 
Just tell me why you're here and who you are
 
'Cause every time I look
 
You're never there
 
And every time I sleep
 
You're always there
 

'Cause you're everywhere to me
 
And when I close my eyes it's you I see
 
You're everything I know
 
That makes me believe
 
I'm not alone
 
I'm not alone
 

I recognize the way you make me feel
 
It's hard to think that
 
You might not be real
 
I sense it now, the water's getting deep
 
I try to wash the pain away from me
 
Away from me
 

And when I touch your hand
 
It's then I understand
 
The beauty that's within
 
It's now that we begin
 
You always light my way
 
I hope there never comes a day
 
No matter where I go
 
I always feel you so
 

'Cause you're everywhere to me
 
And when I close my eyes it's you I see
 
You're everything I know
 
That makes me believe
 
I'm not alone
 
'Cause you're everywhere to me
 
And when I catch my breath
 
It's you I breathe
 
You're everything I know
 
That makes me believe
 
I'm not alone
 

You're in everyone I see
 
So tell me
 
Do you see me?


 anyway...itu adalah lirik dari lagunya  Michelle Branch Everywhere. Video klipnya pun keren. Menceritakan tentang perempuan yang menyukai pria secara diam-diam. Melihatnya dari jauh. Mengaguminya. Dan memperhatikan gerak geriknya tanpa pernah ia sadari.
so sweeeeettttt dec....ya...mungkin kayak cinta rahasia gitu dec...
 

Antara Cinta dengan Persahabatan


Dua sisi yang saling berkaitan satu dengan lainnya.
Ya, antara Cinta dengan Persahabatan.
Mampukah anda membayangkan Persahabatan tanpa Cinta?
Persahabatan dan Cinta adalah teman terbaik kerana dimana ada Cinta, Persahabatan selalu berada disampingnya. Dan dimana Persahabatan berada, Cinta selalu tersenyum ceria dan tidak pernah meninggalkan Persahabatan.Pada suatu hari, Persahabatan mula berpikir bahwa Cinta telah membuat dirinya tidak mendapat perhatian lagi karena Persahabatan menganggap Cinta lebih menarik daripada dirinya.
?Hhem mm mm? Seandainya tidak ada Cinta, mungkin aku akan menjadi lebih terkenal, dan lebih banyak orang memberi perhatian kepadaku.? pikir si Persahabatan. Sejak hari itu, Persahabatan memusuhi Cinta. Ketika Cinta bermain bersama Persahabatan seperti selalu, Persahabatan akan menjauhi Cinta. Apabila Cinta bertanya kenapa Persahabatan menjauhi dirinya, Persahabatan hanya memalingkan wajahnya dan beredar pergi meninggalkan Cinta.
Kesedihan pun menghampiri Cinta dan Cinta tidak sanggup menahan air matanya dan menangis. Kesedihan hanya dapat termangu memandang Cinta yang kehilangan teman baiknya. Beberapa hari tanpa Cinta, Persahabatan mulai bergaul rapat dengan Kecewa, Putus asa, Kemarahan dan Kebencian.
Persahabatan mulai kehilangan sifat manisnya dan orang-orang mulai tidak menyukai Persahabatan. Persahabatan mulai dijauhi dan tidak lagi disukai.Walaupun Persahabatan cantik, tetapi sifatnya mulai memuakkan.Persahabatan menyadari bahwa dirinya tidak lagi disukai lantaran banyak orang yang menjauhinya. Persahabatan mulai menyesali keadaannya, dan saat itulah Kesedihan melihat Persahabatan, dan menyampaikan kepada Cinta bahwa Persahabatan sedang dalam kedukaan.
Dengan segera Cinta berlari dan menghampiri Persahabatan. Saat Persahabatan melihat Cinta menghampiri dirinya, dengan air mata yang berlinang Persahabatan pun meluapkan seribu penyesalannya meninggalkan Cinta.
Dipendekkan cerita, Persahabatan dan Cinta kembali menjadi teman baik. Persahabatan kembali kepada pribadi yang menyenangkan dan Cinta pun kembali tersenyum ceria. Semua orang melihat kembali kedua teman baik itu sebagai berkat dan anugerah dalam kehidupan.
Moral:
Mampukah Persahabatan tanpa Cinta?
Mampukah Cinta tanpa Persahabatan?
Sering kali ditemui banyak orang yang coba memisahkan Persahabatan dan Cinta karena mereka berfikir, ?Kalau Persahabatan sudah disulami dengan Cinta, pasti akan jadi sulit!?. Terutama bagi mereka yang menjalin persahabatan antara seorang pria dan wanita.
Persahabatan merupakan bentuk hubungan yang indah antara manusia, di mana Cinta hadir untuk memberikan senyumnya dan mewarnai Persahabatan. Tanpa Cinta, Persahabatan mungkin akan diisi dengan Kecewa, Benci, Marah dan berbagai hal yang membuat Persahabatan tidak lagi indah. Berhentilah membuat batas antara Cinta dan Persahabatan, biarkan mereka tetap menjadi Teman baik. Yang harus diluruskan adalah Cinta bukanlah perusak Persahabatan, Cinta memperindah persahabatan anda.
Seringkali Cinta cuma dijadikan kambing hitam sebagai perusak sebuah persahabatan. SALAH BESAR !!! Seharusnya dengan adanya Cinta, persahabatan akan semakin menyenangkan. Buat teman-teman yang sedang menjalin Persahabatan. Penuhilah persahabatanmu dengan Cinta, berikanlah Cinta yang terbaik untuk sahabatmu.
Buat teman-teman yang sedang mengalami guncangan dalam persahabatan, jangan salahkan Cinta! Tetapi cobalah perbaiki persahabatanmu dengan cinta karena cinta akan menutupi segala kesalahan, mengampuni dengan mudah dan membuat segala sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin.
Buat teman-teman yang belum mengerti arti Persahabatan, cobalah memulai sebuah persahabatan. Dengan persahabatan kalian akan semakin dewasa, tidak egois dan belajar untuk mengerti bahwa segala sesuatu tidak selalu terjadi sesuai dengan keinginan kita.
Buat teman-teman yang sedang kecewa dengan Persahabatan. Renungkanlah;?
Apakah saya sudah menjalani Persahabatan dengan benar??
Dan cobalah memahami arti persahabatan buat hidupmu. Keinginan, semangat, pengertian, kematangan, kelemahlembutan dan segala hal yang baik akan engkau temui dalam persahabatan.

oleh: ibrahimukhtarahap


Sabtu, 08 Januari 2011

Damai itu indah


Tepat saat semua mahasiswa di salah satu institute melakukan UAS. Beberapa di antaranya berunjuk rasa di karenakan adanya pemiluh di beberapa fakultas. Saya gak tau jelas apa sebab musabab yang terjadi coz pas ada mahasiswa beramai-ramai mengeluarkan orasi serta beberapa mahasiswa yang berada di gedung berhamburan keluar buat menyaksikan peristiwa yang heboh itu. Bahkan teman-teman saya ikut pula menyaksikan hal tersebut walapun hanya selayang pandang doing.
Sementara saya, harus tetap duduk memangku leptop buat bantuin tugas teman saya. So saya yang sebenarnya di buat penasaran tetap terpaku tenang dengan sok nyantai padahal saya juga pengen tau. Akhirnya setelah UAS saya pun segera pulang, namun pemandangan di beberapa ruas kampus berserakan kertas-kertas pemilu. Dalam hati saya Cuma bergumam” sudah berapa banyak biaya buat ngeprint ni kertas, malah berhamburan di tanah. Bukankah dana tersebut jika di berikan pada anak jalanan itu lebih berguna.hm…..”
Selidik punya selidik, hal ini terjadi karena adanya politik kampus. Yac…tentang uang gitu dech…terlepas dari bener gak nya cukup mereka aja yang tau.
So By The Way…..hal yang pengen saya bahas di sini sekaligus ingin menyampaikan pendapat. Bahwa tidak semestinya hal itu terjadi. Coba dec..kita coba berpikir secara dewasa dan bijaksana…saya setuju dengan adanya demo-demo yang menunjukkan sikap reformasinya. But…hellllloo…emangnya gak ada apa suatu pembicaraan yang santun dan hangat di kalangan mahasiswa namanya juga maha…sekali lagi MAHA di mana itu merupakan kedudukan yang tinggi..so hargai jabatan kamu sebagai seorang mahasiswa…
Alangkah anehnya negeriku ini…”hehehehe kayak judul film oe…” but kata-kata itu bisa di jadikan rujukan buat menyebut negeri yang saya cintai ini. Beberapa berita mengabarkan bahwa banyak sekali mahasiswa yang berunjuk rasa karena ini lah, karena itu lah hm…dosen saya bilang “bel gedes”. Semua mempunyai pemahaman sendiri buat menyikapi masalah.
Kalau saya teropong di era reformasi. Jaman doeloe…peran mahasiswa sangat amat berpengaruh sekali mungkin tanpa bereka Negara ini bukanlah Negara yang sangat entengnya  buat kita-kita berpendapat tentang kenegaraan…coba kalau dulu. Wah bisa di masukkan ke dalam lubang buaya…tapi itu dulu friend…dulu mahasiswa siap mati buat kebebasan negara kita. Tanpa embel-embel uang, kekuasaan yac…pokoknya gak ada peran individu. Yang ada hanya satu tujuan yakni kebebasan.
But…kebebasan bukan berarti melakukan semuanya atas seenak or semaunya kita sendiri. Kita masih bisa membicarakan semuanya secara jelas dan gambling. Dengan begitu gak perlu dec..berunjuk rasa yang gak penting gitu. Jadinya gak ada pihak yang di rugikan dan gak ada yang terbuang sia-sia. Sebagai mahasiswa yang berada di wilayah kampus yang sama bukannya kita saudara yang sama-sama merangkul..
So perbedaan pendapat  adalah hal yang wajar, sebagaimana kata pepatah Arab "kullu ro`sin ro`yun" (setiap kepala mempunyai pendapat). Yang penting dalam menghadapi perbedaan ini adalah penyikapannya; seperti menghormati pendapat yang berbeda, menyampaikan pendapat dengan ilmu yang benar, dilandasi semangat mencari kebenaran bukan pembenaran.

Ibnul Qosim mengatakan bahwa beliau mendengar Malik dan Al Laits berkata tentang masalah perbedaan pendapat di antara sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Tidaklah tepat perkataan orang-orang yang mengatakan bahwa khilaf (perbedaan pendapat) boleh-boleh saja (ada kelapangan). Tidaklah seperti anggapan mereka. Di antara pendapat-pendapat tadi pasti ada yang keliru dan ada benar.”
Begitu pula Asyhab mengatakan bahwa Imam Malik ditanya mengenai orang yang mengambil hadits dari seorang yang terpercaya dari sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau ditanya, “Apakah engkau menganggap boleh-boleh saja ada perbedaan pendapat (dalam masalah ijtihadiyah, pen)?”
Imam Malik lantas menjawab, “Tidak demikian. Demi Allah, yang diterima hanyalah pendapat yang benar. Pendapat yang benar hanyalah satu (dari berbagai pendapat ijtihad yang ada). Apakah mungkin ada dua pendapat yang saling bertentangan dikatakan semuanya benar [?] Tidak ada pendapat yang benar melainkan satu saja.” (Dinukil dari Shohih Fiqh Sunnah, 1/64)”
Perbedaan yang terjadi, semuanya harus dikembalikan pada dalil yaitu perkataan Allah swt dan Rasul-Nya. Seorang muslim, selalu mengembalikan suatu perselisihan yang ada kepada Al Qur’an dan As Sunnah sebagaimana hal ini diperintahkan dalam firman Allah swt:
وَمَا اخْتَلَفْتُمْ فِيهِ مِنْ شَيْءٍ فَحُكْمُهُ إِلَى اللَّهِ ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبِّي عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ
“Tentang sesuatu apapun kamu berselisih, maka putusannya kepada Allah. (Yang mempunyai sifat-sifat demikian) itulah Allah Tuhanku. Kepada-Nya lah aku bertawakkal dan kepada-Nyalah aku kembali.” (Qs. Asy-Syuura: 10)
Penjelasan ayat di atas menurut ahli tafsir terkemuka, Ibnu Katsir ra., mengatakan, “Maksudnya adalah (perkara) apa saja yang diperselisihkan dan ini mencakup segala macam perkara, maka putusannya (dikembalikan) pada Allah yang merupakan hakim dalam perselisihan ini. (Di mana perselisihan ini) diputuskan dengan kitab-Nya dan Sunnah (petunjuk) Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.

So…damai itu indah..iya toh…

Jumat, 07 Januari 2011

TO DO, TO HAVE AND TO BE


Kehidupan manusia senantiasa terus bergerak maju, hal ini ditandai dengan umur yang bertambah dan banyaknya ragam babak kehidupan yang dilalui. Pada saat menginjak dewasa, dimana seseorang akan memilih perjalanan kehidupan, dalam kehidupan ada tiga perjalanan, jalan pertama adalah To Do (melakukan sesuatu). jalan berikutnya adalah To Have (mengumpulkan). jalan yang terakhir adalah To Do (mencari makna hidup). Nah dalam perjalanan kehidupan ini kita memilih apa, atau kita sedang melakukan jalan apa?

Jalan pertama : To Do (melakukan sesuatu)

Kebanyakan manusia masih produktif,giat bekerja,hingga gila bekerja (workaholic).
Banyak manusia pada fase ini menjadi kecanduan bekerja,membanting tulang,dan mengorbankan banyak hal. Namun upaya keras tersebut tidak membuahkan hasil yang lebih baik. Mereka saling berlomba dan sibuk, tetapi tidak ada kemajuan. Banyak yang bekerja mati-matian,tapi bekerja dengan cara yang demikian tidak serta merta bekerja secara produktif. Kondisi ini laksana mengayuh sampan dengan sekuat tenaga, tetapi sampan itu tidak maju,tidak bergerak.
Bahkan ada pula yang meninggalkan pekerjaan dan membangun bisnis sendiri, tapi ternyata tetap tidak menghasilkan apa-apa, Jay Abraham, pakar motivasi bidang keuangan dan pemasaran berkata, “banyak orang telah melakukan bisnis. Tapi, tidak ada hasil apapu, itu bukanlah bisnis.”
Mari kita merefleksikan diri. Apakah kita hanya sibuk dan bekerja, tetapi tanpa sadar kita tidak menghasilkan apa-apa?

Jalan ke dua : To Have.(mengumpulkan)

Pada jalan ini, manusia bekerja dan mempunyai penghasilan. Banyak manusia di sekeliling kita yang menimbun kekayaan, pun sebenarnya mereka kehilangan kenikmatan hidup. Sebagian besar waktu mereka miliki dihabiskan untuk terus mencari harta tersebut.
Kehidupan yang konsumtif telah membuat mereka terkepung dengan segala hal yang menggiurkan. Semakin hari, semakin dipenuhi barang-barang yang sebenarnya belum tentu dibutuhkan. Banyaknya, berbagai tawaran tersebut terus menggelitik keinginan untuk memilikinya. Dalam banyak kesempatan, manusia mendapati harga diri dan rasa puas dibangun dengan prestasi yang dimiliki dan dengan kekayaan yang dapat mereka tunjukkan. Masalah baru timbul, manusia tidak lagi menjadi diri mereka sendiri. Mereka diperbudak oleh kecintaan terhadap uang.
Oleh karenanya, tak mengherankan jika tingkat stress dikalangan pekerja semakin tinggi,salah satunya dialami oleh seorang bapak yang berumur 83thn dimana nama beliau tidak saya sebutkan,beliau adalah seorang pengusaha di perusahaan swasta di Surabaya,baginya pekerjaan yang menyuguhkan kenikmatan adalah hidupnya sebelum dia menjadi pasien di rumah sakit jiwa di Surabaya. Tentunya bukan hanya beliau saja, tetapi saya menemukan banyak kemiripin seperti yang terjadi di atas.
Ruang kerja mereka menjadi saksi bisu kesedihan mereka. Kesedihan ini terbentuk tatkala mereka sudah tidak lagi dekat dengan keluarga lantaran dengan cepatnya perputaran roda kehidupan. Berbagai kebutuhan menuntut mereka untuk terus bekerja bagaikan kuda dikala siang maupun malam. Semua dilakukan hanya demi sisi kebanggaan dan pembuktian jati diri mereka.
Jalan ketiga : To Be.(mencari makna hidup)

Pada jalan ini manusia tidak hanya bekerja dan mengumpulkan, tapi juga memaknai segala sesuatu yang dikerjakannya. Manusia akan terus mengasah kepribadian mereka untuk menjadi seseorang yang lebih baik. Bukan hanya bekerja dan terus bekerja, bukan hanya terobsesi mengumpulkan sebanyak mungkin uang, tetapi lebih dari itu, ada suatu nilai hidup yang ingin dibentuk dan dihadirkan.
Jalan ini merupakan jalan dimana kita harus menyadari bahwa kita menjadi pribadi yang berharga bukan karena harta yang kita miliki tapi apa yang bisa kita berikan bagi orang lain.
Hidup ini seperti roti. Roti yang dipotong dan dibagikan untuk banyak orang yang akan menjadi lebih berharga. Kita menjadi pribadi yang berharga bukan karena harta yang kita simpan dan miliki, melainkan apa yang bisa kita berikan pada orang lain.
Ada cerita yang menarik. Ketika saya sedang mencari buku, diperpustakaan umum di Surabaya bersama teman-teman saya, tidak sengaja  saya menabrak seorang bapak yang saya rasa usianya 76thn. Dari kejadian tersebut saya banyak bertanya tentang beliau dan yang membuat saya kagum adalah bahwa beliau adalah mantan wakil kepala direktur diperusahaan ternama di Singapura, yang saya kagumi bukanlah jabatan yang beliau punya tetapi apa yang beliau lakukan sehingga menjadi mantan wakil kepala direktur, dengan ramahnya beliau berkata “Saat saya menjadi wakil kepala direktur, apapun yang keluarga saya butuhkan pasti saya beli dan penuhi, rumah yang saya tempati sangat luas dan besar, vasilitas yang serba mewah membuat saya dan keluarga seakan menikmati surga dunia. Namun didalam hati, saya merasakan ada suatu kekosongan yang saya sendiri tak tau apa itu, banyak ahli psikolog yang saya datangi tapi tak satupun jawaban dari mereka yang membuatku lega,sampai pada akhirnya saya membaca sebuah buku dari John Maxwell dalam Success to significant mengatakan “pertanyaan terpenting yang harus diajukan bukanlah apa yang kuperoleh. Tapi, menjadi apakah aku ini?”. Buku tersebut membuatku meninggalkan apa yang selama ini saya peroleh dan hijjrah ke Indonesia. Dan saat ini saya mendirikan sebuah rumah singgah bagi anak-anak jalanan”. Dengan bangga saya menyebutkan nama beliau yaitu Dr.Yunan Gunadi, SH.
Nah, dimanakah hidup kita sekarang? Mari kita terobsesi bukan dengan bekerja atau memiliki, tetapi menjadi pribadi yang lebih matang, lebih bermakna dan berkontribusi!
Kegembiraan terbesar dalam hidup adalah keyakinan bahwa kita dicintai. Oleh karenanya, kita membagikan cinta untuk orang lain. (Victor Hugo).



Kamis, 06 Januari 2011

Pada Akhirnya Hanya Keindahan

  

Setiap perjalanan (termasuk perjalanan hidup) sering diganggu oleh pertanyaan nakal sekaligus usil : di mana dan bagaimana akhirnya ? Disebut nakal dan usil karena pertanyaan ini juga yang membuat manusia buru-buru, tidak sabar, mudah memberi judul gagal. Untuk kemudian, membiarkan hampir setiap pengalaman keseharian kehilangan keindahannya. Seperti berjalan ke Malang lewat Puncak misalnya. Karena tidak sabar dan buru-buru maka keindahan pemandangan berupa hijaunya daun teh, hamparan pemandangan yang berujung pada kota Malang sampai dengan hawa dingin, segar dan sejuk, hilang begitu saja tanpa sempat dinikmati.
Hal yang serupa juga terjadi dengan kehidupan. Setiap langkah yang buru-buru dan tidak sabar mau segera sampai di tujuan, membuat terlalu banyak keindahan yang hilang. Seperti memakan sebatang pisang. Ketika buru-buru tidak saja hadir kemungkinan lidah tergigit, tetapi juga banyak keindahan yang hilang. Memakan pisang (demikian juga hidup) tujuannya bukanlah menghabiskan pisangnya secepat dan sesingkat mungkin. Melainkan menikmati setiap gigitan dan kunyahan. Setiap gerakan mulut sebenarnya menghadirkan keindahan.
Dalam hidup juga tersedia terlalu banyak sahabat yang buru-buru. Ketika lulus sekolah, buru-buru mau bekerja. Setelah bekerja, buru-buru mau jadi direktur. Setelah jadi direktur buru-buru mau jadi presiden direktur. Setelah jadi presiden direktur, baru terasa kalau banyak sekali yang hilang. Tawa canda sahabat ketika masih di bawah dulu. Ketulusan dan kejujuran orang lain ketika masih jadi orang bisasa. Teman-teman sekeliling yang datang hanya untuk berteman, tanpa motif yang kotor-kotor. Pelukan dan ciuman anak istri yang dulu sering hadir karena waktu bersama yang melimpah. Dan setelah menoleh seperti ini, baru sadar kalau dalam langkah-langkah hidup yang buru-buru, banyak sekali yang hilang di belakang. Dan diganti oleh kekinian dan masa depan yang kering, gersang dan penuh ketakutan.
Disinari oleh kesadaran seperti inilah, mulai banyak pejalan kaki di dunia kejernihan berhenti buru-buru. Bukannya berhenti berusaha, sekali lagi bukan. Melainkan berhenti buru-buru dan berhenti diganggu oleh pertanyaan usil dan nakal : di mana dan bagaimana akhirnya ? Kemudian bersahabat serta berpelukan mesra dengan kekinian yang suci. Berjalan tetap berjalan, melangkah ke tujuan juga masih, cuman tidak ada keindahan dalam kekinian yang dibiarkan berlalu tanpa rasa syukur.
Seperti Anda yang sedang membaca tulisan pendek ini. Kesimpulan akhirnya memang belum ketahuan. Rangkaian makna yang bisa mengendap ke dalam juga belum tahu. Apa lagi derajat perubahan yang ditimbulkan karena membaca tulisan ini, masih jauh. Cuman ada suara tarikan nafas masuk dan hembusan nafas keluar yang berbunyi dan bertutur tentang sesuatu. Ada kekayaan badan sehat yang perlu disyukuri. Ada kursi empuk yang menyangga dengan setianya. Dan masih banyak lagi yang lain.
Bagi sahabat-sahabat yang sudah belajar berpelukan mesra dengan masa kini yang suci, kemudian ada kekuatan yang mendidik untuk memasuki wilayah surrender (ikhlas). Berbeda dengan pikiran yang serakah memilih sukses di atas gagal, benar di atas salah, baik di atas buruk, keikhlasan ia tidak saja tidak memilih, bahasanya hanya satu : semuanya sudah, sedang dan akan berjalan sempurna ! Salah seorang sahabat yang sudah sampai di sini bernama Eckart Tolle. Dalam karyanya yang berjudul Stillness Speaks ia menulis : sometimes surrender means giving up trying to understand and becoming comfortable with not knowing . Ikhlas bisa berarti berhenti berusaha untuk mengerti. Bahkan ketika tidak tahupun masih merasa aman dan nyaman.
Terus terang, kesimpulan ini agak menghentak. Terutama pada zaman di mana manusia baru merasa aman dan nyaman ketika tahu, tiba-tiba ada yang mengatakan belajar aman dan nyaman ketika tidak tahu. Dan ternyata ada benarnya. Tidak semua segi hidup bisa diketahui. Tiga pertanyaan penting kehidupan (dari mana saya datang sebelum lahir, kenapa ada di sini, kemana pergi setelah mati) menyimpan bagian-bagian gelap yang tidak bisa diketahui. Ilmu pengetahuan sudah berjalan demikian jauh, teknologi sudah bekerja demikian keras, tetapi toh jawaban terhadap ketiga pertanyaan tadi belum bisa disepakati sepenuhnya.
Indahnya, begitu manusia terbiasa aman dan nyaman dalam ketidaktahuan, pintu-pintu keindahan seperti terbuka si sana-sini. Jangankan ketika makan enak, menarik dan menghembuskan nafaspun ada yang indah. Jangankan ketika berlimpah rezeki, tanpa ada limpahan rezekipun masih ada yang bersyukur di dalam sini. Jangankan ketika sehat, tatkala sakitpun masih bisa melihat makna. Jangankan ketika naik pangkat, tatkala pensiunpun tersisa berlimpah keindahan.
Salah seorang sahabat yang pernah sampai di sini bernama James Redfield. Dalam sebuah karyanya yang menawan yang berjudul The Secret of Shambala , ia menulis : focus on the beauty, and begin to breath in the energy within. Ketika manusia terfokus pada keindahan, dan menarik energi di dalam melalui nafas, di mana-mana hanya tersisa keindahan, keindahan dan hanya keindahan.
Dalam lapisan-lapisan keindahan yang lebih dalam, Hazrat Inayat Khan pernah mengemukakan, bukankah keindahan adalah bahasa Tuhan ? Ketika topeng keindahan dibuka, bukankah yang tersiasa hanya kesucian ? Tatkala semuanya hanya keindahan, bukankah ada yang terlahir kembali?



Senin, 03 Januari 2011

PINTAR SEKALIGUS BIJAKSANA



pernah saya membuka salah satu situs yang menerangkan bahwa seseorang itu harus pintar namun wajib juga bijaksana. kurang lebih seperti ini..........


Menjadi pintar dan cerdas, itu harus bagi setiap manusia. Menjadi insan kreatif dan penuh ide, juga syarat mutlak jika manusia tersebut ingin hidupnya lebih mudah dan lebih baik. Bahkan agama Islam dalam ajaran kitabnya, yang notabene kalam Tuhan, menjanjikan akan menaikkan beberapa derajat lebih tinggi nilai “manusia” seorang manusia berilmu atas manusia lain yang kurang ilmunya. Itu artinya, tiap manusia memang dituntut untuk terus mencari, mengasah dan menambah ilmu serta pengetahuan sepanjang hidupnya.
Dari kecil, setiap kita dididik dan dibimbing oleh orang tua masing-masing dan lingkungan sosial terdekat (keluarga), untuk menjadi anak-anak yang pintar dan cerdas secara akal. Selanjutnya, tuntutan untuk membentuk kita menjadi manusia-manusia unggul dalam mengeksplorasi daya pikir maksimal tersebut, berlanjut lebih jauh dalam proses masa pendidikan formal yang kita jalani di bangku sekolah hingga kuliah.
Masih belum cukup dengan jalur pendidikan formal, lembaga-lembaga pendidikan non formal pun sangat siap menampung setiap saat untuk mengasah dan mencetak kita menjadi manusia-manusia super secara otak, agar nantinya kita dapat memenangkan persaingan hidup yang “dikatakan” semakin sulit terhadap manusia lainnya. Diakui atau tidak, kini doktrin moral ini telah begitu ditanamkan tiap orang tua kepada anaknya bahkan hingga ia dewasa.
“Pintar lah nak..!, atau kau akan kalah bersaing hidup”. Manusia diciptakan Tuhan lebih sempurna dari makhluk lain di atas permukaan bumi, itu karena manusia memiliki akal. Sebuah unsur “kemahlukan” yang tidak dimiliki oleh hewan atau tumbuhan. Dan kita juga tidak jarang mengukur tingkat kesempurnaan seorang “manusia” beranjak dari kesempurnaan akalnya tersebut. Sebab itu, orang gila atau manusia kurang berakal, selalu kita niscayakan sebagai manusia yang kurang sempurna. Karena memang akalnya yang tidak sempurna dan daya pikirnya yang tidak lagi dapat bekerja normal.
Namun cukupkah sosok manusia hadir dalam tatanan hidup sosialnya hanya mengusung kesempurnaan akal belaka, dan dikatakan sempurna ketika ia sebagai mahluk kemudian memiliki pencapaian kualitas daya pikir yang sangat baik..?!
“Pada akhirnya dalam hidup, manusia harus menjadi bijak…” Sepenggal kutipan dari kolom seorang pemikir negeri ini menggelitik hati saya. Kutipan tersebut diambil dari catatan akhir seorang guru besar sosiologi, yang kian berhadapan dengan “sang maut” (ketika sebuah penyakit ganas tak lagi bisa disembuhkan), yang akhirnya melahirkan sebuah pengakuan jujurnya atas kemanusiaan  “…bahwa hidup dan proses dunianya, tak bisa sepenuhnya ditakhlukan oleh akal…”
Sang guru besar, yang telah menghabiskan dua pertiga umurnya untuk mengajari murid-muridnya agar menjadi manusia-manusia pintar yang unggul, di penghujung umurnya tak lagi mampu mengelak untuk mengakui; ternyata dalam kehidupan, ada yang jauh lebih penting dari sekedar supremasi akal. Sebab menurutnya, pada akhirnya manusia harus menjadi mahkluk bijak.
Indonesia. Bangsa yang besar ini tidak pernah kekurangan orang-orang pintar, manusia cerdas, insan jenius yang kreatif dan penuh dengan ide selangit. Indonesia juga tidak pernah kehabisan orang-orang yang memiliki kualitas super secara daya pikir. Namun bila berkaca pengakuan hati sang guru besar tadi, agaknya kita harus jujur mengakui, jika negeri ini ternyata masih kekurangan manusia-manusia bijak (tidak sekedar pintar akal), yang diharapkan bisa membebaskan bangsa ini kelak dari “lumpur hisap” krisis kebangsaan yang menjebaknya.

Bukan seperti potret realitas yang ada, ketika sebuah bangsa justru dipenuhi oleh orang-orang yang pintar, bahkan sangat pintar secara akal, namun sayang kepintaran itu malah menjadi bumerang tajam yang melukai tubuh dan nyawa bangsanya sendiri hingga berdarah-darah.
Pintar dan cerdas berangkat dari satu asal, yaitu akal. Itu sebabnya, “perangkat” manusiawi ini cenderung kepada output daya pikir seperti ide, rencana, siasat, dan strategi. Wujud fenomena ini sangat mudah dijumpai seperti dalam proses dunia perpolitikan bangsa ini yang berwajah kacau. Sedangkan bijak atau bijaksana, adalah perangkat lain “kemahlukan” manusia yang berangkat dari unsur hati dan nalurinya. Maka itu ia lebih condong kepada prilaku “sikap” ; seperti tenang, seimbang, sikap penuh kehati-hatian, dan sabar. Pada konversi lebih jauh, ia kemudian mewujud dalam sikap manusia yang berpegang pada pijakan sikap adil.
Dalam proses kehidupan seorang manusia sosial, “perangkat” kemakhlukkan yang pertama tadi yakni akal, selalu mendapat porsi lebih dalam pembentukannya. Dengan alasan semakin kerasnya tingkat persaingan hidup antara sesama manusia itu, maka tidak ada jalan lain, menurut seorang manusia ia harus bisa menyaingi dan mengalahkan manusia lain, dengan jalan lebih pintar dari manusia lain tersebut. Dan agaknya cara pemahaman ini semakin lama semakin mengeras di hati tiap orang.
Tidak ada yang salah dengan manusia menjadi pintar atau cerdas. Itu harus, agar manusia tersebut dapat melakukan sesuatu untuk dirinya dan manusia lain. Namun jika ia tidak mengimbangi kelebihan akalnya tersebut dengan sikap “bijak”nya sebagai mahluk, maka bisa jadi yang ada hanya kerusakan pada akhirnya. Kerusakan buat orang lain pastinya. Dan agaknya kondisi inilah yang kini terhampar dalam realitas sosial berbangsa di negara ini.

Tiap waktu bangsa kita disuguhi kenyataan pahit yang menimpa rakyatnya. Dari musibah alam hingga bencana akibat kejahatan politik serta kekuasaan, seolah susul-menyusul melukai bangsa Indonesia. Ironisnya, kebanyakan penyebabnya justru adalah orang-orang pintar bangsa ini sendiri yang sangat “kepintaran”, yang ‘mencuri’ kepercayaan rakyatnya untuk mengurusi Indonesia dengan cara membodohinya.
Setelah itu dengan kepintarannya pula mereka (sebab kini kejahatan kecerdasan telah menjadi sebuah sistem kolektif) beramai-ramai menghisap darah negeri ini hingga sakit parah di setiap tubuh bangsanya. Tanpa ada kesadaran yang bijak bahwa bangsa ini bukan milik mereka sendiri. Bahwa dalam hidup sebenarnya manusia lain bukanlah saingan, namun saudara sesama manusia yang sama punya hak untuk hidup dengan baik, apalagi kita adalah manusia sebangsa.
Maka mungkin benar adanya, jika bangsa ini masih kekurangan sesuatu dalam membentuk pondasi bangsanya. Indonesia masih kekurangan manusia-manusia yang tidak sekedar pintar dan cerdas namun juga penuh mental bijak. Dengan mental “kemahlukan” ini, tentu segala prilakunya kelak lebih seimbang.
Sebab semua tindakannya yang pintar tersebut, nantinya akan dilakukannya di atas kondisi sikap yang penuh kehati-hatian, tenang, seimbang, dan sabar. Lebih dalam, ia kemudian mewujud dalam sikap manusia yang berpegang pada pijakan sikap adil terhadap manusia lain. Tidak menganggap manusia lain itu saingan yang harus dikalahkan.