jika kita ingin mencapai sesuatu hidup yang baik, yang indah, dan terasa bernilai serta bermakna. maka hal yang harus kita lakukan adalah membebaskan diri dari kekuasaan irasional, hawa nafsu dan emosi serta mengarahkan diri menurut akal budi.

Selasa, 08 Maret 2011

Hepatofita (lumut hati)


Tidak ada yang tau, bagaimana kita bisa mencintai seseorang secara tulus ikhlas dan sederhana. Tak ada yang bisa menduga kapan kita akan mencintai seseorang dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Dan tak ada yang bisa mengetahui siapa yang akan kita cintai.
Kisah tentang cinta anak manusia sudah menghiasi muka bumi sejak mula Nabi Adam menghuni dunia ini. Dan cerita cinta selalu menjadi perbincangan yang menarik. Bahkan para ulama pun banyak menyusun kitab yang membahas masalah cinta. Muhammad bin Dawud Az-Zahiri punya buku cinta dengan judul “Az-Zahra”. Dan, menurut Ibnul Qayyim, Dawud Az-Zahiri sempat mengucapkan puisi cinta pada detik-detik terakhirnya di dunia. Juga, Ibnu Hazm Al-Andalusi punya kitab “Thauq al-Hamamah fil Ilfati wa Ullaf” Kalung merpati. Bahkan ulama Ibnul Qayyim pun punya kitab legendaries yang banyak berbicara tentang cinta, “Raudhatul muhibbin wa nuzhatul musytaqqin”.
Hati yang patah, kasih yang tak terjangkau, atau cinta yang ditampik hanya sebagian dari cerita cinta. Seperti sayap-sayap Gibran yang patah. Qais dan Laila yang juga berakhir pada kematian. Atau kisah kasih Zainuddin dan Hayati yang kandas ketika kapal Vanderwijck tenggelam.

Hujanpun berhenti, jendela sengaja kubuka untuk merasakan hawa dingin dari hujan yang baru saja berlalu di heningnya kota ini, sekarang saatnya aku duduk disini menyisakan kekuataanku tuk meyakinkan hatiku bahwa semua ini akan baik-baik saja. Dan aku harus menjalankan tugas pekerjaan yang telah menanti.
Fuuhh… entah berapa lama semua ini akan tetap seperti ini..namun perlahan-lahan kekuatan untuk bertahan dan maju mulai terkumpul lagi untuk melihat indahnya matahari terbit dipagi hari, untuk hujan yang selalu turun menemani kesedihanku. Dan untuk orang-orang yang selalu mencintaiku.
Tell me how I’m supposed to breathe with no air,
Can’t live, can’t breathe with no air,
It’s how I feel whenever you ain’t there,
There’s no air no air,
Got me out here in the water so deep,
Tell me how you gonna be without me,
If you ain’t here i just can’t breathe,
There’s no air no air,
Lirik music itu, mengalun di antara kesunyian pagi. Yup…pagi ini aku harus berangkat lebih cepat untuk menyiapkan rapat. Degup-degup suara music ini membuatku terus mengendarai mobil Jazz merah ini semakin melesat melaju.
Perasaanku sangat lega sekali saat aku mulai tiba di kantor, masih belum banyak yang datang hanya aku dan beberapa Tim yang sampai. Tanpa menunggu aba-aba aku pun langsung duduk bersantai di Sebuah ruang yang selalu menjadi saksi bisu, kembali akan menyaksikan perdebadan yang sengit antara yang Pro dan yang Kontra. Di ruang ini aku pun akan beragrumentasi dan menyiapkan mental untuk menghadapi semua berbagai macam polemik.

”Zahra…kamu ikut aku, kita harus menemui seseorang di hotel JW Marriot. Cepat siapkan semuanya, termasuk data yang sudah kamu buat.
“Apaan sic..mas. aku kan mau ikut rapat, bukannya pertemuannya itu ntar siang..??”
“aduh..ni anak, kamu itu asistenku, jadi nurut, diam, and jangan banyak koment. Cepat.”

Hick….sebel banget sic nih orang, dia kan cowok mestinya dia dong yang nyetir. Segala carut marut menyelip di antara kegusaran hati. Bekerja pada salah satu politik membuatku terus bertahan dan berusaha menjadi karang. Ada Kecemasan, Kegundahan, sakit Hati dan lain lain. Perih, perih Sekali bahkan kadang- kadang sampai hati terasa benar-benar diremas secara Phisik. Tidak ingin kutunjukan sedikitpun kalau aku tidak suka sama pergaulan mereka, cara hidup mereka, cara bertutur kata mereka, bahkan kusembunyikan air mataku yang kadang menetes ketika aku sudah tak tahan mendengar apa yang mereka katakan. Walaupun malamnya aku akan menangis berlinangan air mata ketika ku mengadu dan mengeluh padaNYA...Sakit yang bertubi-tubi menjadikanku kebal terhadap segala macam tetek bengek, sedemikian kegoncangan dan apa-apa yang terjadi dihatiku tak terlihat pada wajahku dan tidak terlontarkan oleh mulutku dengan kata-kata, dan kegoncangan itu teredam dihatiku dengan lafaz “Ya Allah, kepadaMUlah aku berserah diri dan kepadaMUlah kuserahkan semuanya.”

“Zahra, kalung yang aku berikan waktu kita di Jakarta, masih ada kan?”
“Hm….”
“jangan sampek itu kalung hilang yac…kamu harus jaga baik-baik, mengerti?”
“Hm…”
“kamu itu kenapa sic…??waktu di mobil diam aja, di hotel juga diam, nah sekarang di Tanya jawabannya gitu banget”
“terserah dec…aku lagi males ngomong”
“ya udah ayo ikut aku”

Hati terus berkata-kata, merangkai kata yang tak jelas titik temunya. Sedikit aku mulai bingung dengan arah lajuan mobil ini. Sebenarnya mau dibawah kemana sic..aduh kok aku jadi keder gini. Detik telah berlalu dengan waktu 2 jam yang masih di perjalanan. Hingga aku melihat sebuah tempat yang di desain mirip sebuah istana beserta taman-taman dan danau. Semua Nampak segar dan indah di antara hati yang sedikit rapuh.

“kamu mau di dalam mobil terus?ayo keluar”
“mas rafi, ni tempat apa?”
“ ada aja. Ayo kita cari tempat yang nyaman”

Sedikit tapi pasti, aku menyunggingkan senyum pada orang yang berjalan di depanku, yup..mas rafi. Di saat seperti ini aku ingat waktu hari valentine tepat pada tanggal 14 februari pukul 19.00 Wib, dia menghebohkan sebuah restoran yang terletak di tengah-tengah kota Surabaya. Diantara banyaknya para pemuda dan pemudi bercumbu akan cinta mereka, mas rafi malah memilih moment itu sebagai hari akhirnya sebagai play boy. Lima cewek yang telah ia kencani semuanya di putus begitu saja, reaksi yang muncul bermacam-macam mulai dari cacian, tamparan, dan siraman air minum. Aku,mbak silvi,mas ais dan mas zain hanya mampu tertawa dengan sesekali mengucap kasihan.
Jika dalam an-Nabdah Fi Fann al-Musiqa karya Khalil Gibran, berhadapan dengan sosok muda yang lidahnya menebar janji-janji tetapi kedua tangannya menggenggap buah yang masih belum matang, maka dalam Ara’is al-Muruj pada cerita ramad al-Ajyal Wa an-Nar al-Khalidah, sosok muda itu telah memenuhi janjinya. Semoga mas rafi menepati janjinya untuk menghilangkan tabiat buruknya itu.
Terdiam sejenak, termenung sejenak…kemudian tak sadar menitikkan airmata..sungguh aku begitu cengeng tuk suatu hal yang tak pantas aku tangisi.. siapa yang aku tangisi..? diriku? Hidupku? Hatiku? ia semua., aku menangisi semua yang ada padaku saat ini.

“kamu nangis?he..dasar mewek”
“apaan sic..orang mataku kena debu juga”
“seperti hari-hari yang kulalui sebelumnya, 24 jam terlewati dengan sendiri, tak ada yang berarti, aku tidak pernah tau rencana kehidupan yang Dia berikan padaku, semakin ku mencari semakin aku tersesat, semakin aku berpikir, semakin aku tidak mengerti. sampai suatu saat aku berpikir inilah saatnya aku mengakhiri semua ini, mengakhiri permainan hati. Dan itu karena orang yang aku cinta”
“hahaha…lucu. Karena aku berpikir bahwa jika kita ingin berubah hanya karena orang lain, maka perubahan itu hanya Cuma sementara lain dengan keinginan yang timbul dari diri sendiri”
“Ini juga demi masa depan, dan juga seseorang yang aku cinta juga sec..”
“jadi mas rafi sudah benar-benar cinta sama seseorang? Siapa mas,kasih tau dong?
“tuh ada di depan”

Saat itu yang kulihat hanya sebuah cermin yang besar dan yang nampak hanya kita berdua. Entah kenapa hatiku berdebar tak beraturan, telapak tanganku mulai berkeringat, dan semua syaraf terasa keluh sekali. Kenapa aku yang dia cinta, siapa aku. Aku Cuma gadis biasa yang tidak sebanding dengannya. Hm…aku menjadi minder dengan ini semua.
Dalam Kegelapan, dalam kehampaan, dalam ketidakpastian. Aku masih mencari arti apa yang aku resapi disudut-sudut malam yang semakin tak bertepi yang tak dapat ku mengerti yang tak pernah ku ketahui apa alasan aku selalu terjaga, selalu rindu. Rasa apa ini…?apakah aku juga mencintainya?. Sahabatku pernah berkata bahwa ”percayalah kalau Tuhan pasti akan memperhatikanmu, dan Dia yang paling berkuasa mengubah setiap perasaan seseorang. Dan jika kamu kesulitan terhadap apapun yang terjadi dengan seseorang komunikasikanlah dengan Tuhan, karena Dia yang memiliki hati setiap manusia”. Diri yang hanya bisa bermunajat atas cinta, rindu, bahagia. Tiba-tiba air mata mengalir deras. Hatiku merasakan aliran kesejukan dan kegembiraan yang belum pernah ku rasakan sebelumnya. Dalam hati aku berkata,

“Inikah cinta? Beginikah rasanya? Terasa hangat mengaliri syaraf. Juga terasa sejuk di dalam hati. Ya Rabbi, tak aku pungkiri aku jatuh hati pada hamba-Mu. Dan inilah untuk pertama kalinya aku terpesona pada seorang pemuda. Untuk pertama kalinya aku jatuh cinta. Ya Rabbi, izinkanlah aku mencintainya.”

Sebuah surat terletak pada meja kerjaku, surat yang berwarna putih itu kubuka dengan perasaan tanda tanya besar.
Assalammualaikum Wr.Wb
Pagi gadis yang kucinta, sungguh hatiku terasa sangat senang sekali saat ku tahu ekspresi senyummu meronah di antara hangatnya pagi. Taukah kau, apa yang pernah di tulis oleh Penulis:  Habiburrahman El Shirazy dalam salah satu karyanya ia menuliskan
Apakah aku pernah terlintas dalam pikiranmu?
“Tidak”
Apakah kau menyukai aku?
“Tidak terlalu”
Apakah kau menginginkanku?
“Tidak”
Akankah kau menangis jika aku pergi?
“Tidak”
Akankah kau hidup untuk ku?
“Tidak”
Pilih aku atau hidupmu?
“Hidupku”
Dan aku berkata …
Alasan kau tidak pernah terlintas dalam pikiran ku adalah karna kau slalu dipikiran ku..
Alasan mengapa aku tidak suka kau karna aku mencintaimu..
Alasan mengapa aku tidak menginginkanmu karna aku butuh kau..
Alasan mengapa aku tidak akan menagis jika kau pergi karna aku akan mati jika kau pergi..
Alasan aku tidak hidup untukmu karna aku akan mati untukmu..
Alasan aku tidak akan melakukan sesuatu untukmu karna aku akan melakukan segalanya untukmu..
Alasan aku memilih hidupku karna kau adalah hidupku
Itulah yang inginku ungkapkan padamu.

                                                                                    Dari orang yang mencintaimu
                                                                                                Rafi

Rasa cinta ini, ku utarakan pula pada ibuku yang selalu mendoakanku ditengah malam sunyi, harapan seorang ibu bagi putrinya hanya terletak pada kebahagiaan bagi putrinya. Serta ayahku yang selalu mendoakanku sebagai putri yang sholehah.

“ibu, Zahra mencintai seorang. Dan dia menginginkan hubungan ini kearah yang lebih serius”
“siapa anak itu?”
“dia adalah teman satu kantor Zahra, namanya rafi”
“apa rafi, yang kata om kamu itu suka main wanita, suka pergi ke diskotik, suka minum. Orang seperti itukah yang kau cinta?
“ayah, ibu. Dulu mas rafi memang seperti itu, tapi dia sudah berubah dia sudah menghilangkan kebiasaan buruknya itu.”
“terserah, pokoknya ayah tidak setuju.”

Jantungku nyaris pecah mendengarnya. Kedua kakiku seperti lumpuh seketika. Dan aku mulai tak sadarkan diri. Sejak saat itu, aku tak bekerja lagi. Ke dua orang tuaku memindahkanku di malang bersama saudaraku. Mungkin inilah takdirku untuk  tidak mendapatkan dia dan bersanding dengannya. Rasa cinta ku yang tak kalah besarnya membuatku menulis sebuah pesan pendek lewat sms,

Assalamu’alaikum
Aku telah mendengar betapa dalam rasa cintamu padaku. Rasa cinta itulah yang membuatmu sakit dan menderita saat ini. Di tempat ini akupun juga terluka. Maaf aku tidak bisa berbuat lebih untuk membalas cinta tulusmu.
Wassalam

Dalam helaian tasbih, hatiku berkata “Haruskah cinta putih ini yang bersumber dari lubuk hati menabrak harga diri, pengabdian orang tua, etika sosial, dan garis-garis agama? Lalu yang manakah yang harus dikorbankan: cinta, etika, atau agama? Tidak bisakah semua nilai suci itu berpadu dalam keikhlasan pelangi cinta abadi?”
Dalam cerita Al-Ajnihah al-Mutakassirah Gibran menceritakan dua kekasih yang saling jatuh cinta, yang mencoba mendobrak tradisi-tradisi sosial, kekuasaan para tokoh politik dan para pemimpin agama. Namun pada akhirnya dua kekasih itu memilih untuk menyerah kepada keadaan dan kenyataan. Mereka memilih untuk meratapi penderitaan ketimbang menentukan hal mereka atas kehidupan.
Sesaat aku sadar bahwa Hp yang kuletakkan di atas meja berbunyi. Ku buka sebuah pesan singkat yang masuk

Salamullahi’alaiki
Zahra. I believe there’s always a reason beneath in everything. That each of us carries our own destiny and must complete whatever plan has been destined for us. There’s no such thing of coincidence at all. It’s all written already, God has my blue print of life. And for now seems my destiny is to love you forever.

Kembali, ya..air mataku kembali tertumpah saat ku tahu apa yang dia ungkapkan begitu indah diantara kehampaan ini. Bintang harapan tak lagi bersinar, peri hujan yang pernah mencintaiku kini meninggalkanku, betapa kesunyiaan ini semakin melelahkan saat hati ini seperti rumah yang sepi dan tak pantas tuk disinggahi, saatnya berpisah dengan harapan, saatnya menerima hujan yang sudah lama tak berderai, biarlah aku menjadi budak dari kegilaan hatiku, dan biarlah kesendirian ini semakin merapuhkan hati yang mati.
Sekarang aku tak lagi merasakan sakit cinta itu, aku tak lagi merasakan gerimis, aku tak lagi kesepian, dan aku tak kan pernah menangis lagi. Karena aku telah tersenyum bahagia di samping Tuhan yang telah menciptakan kisah indah itu.


The End

15-02-2011










Tidak ada komentar:

Posting Komentar