jika kita ingin mencapai sesuatu hidup yang baik, yang indah, dan terasa bernilai serta bermakna. maka hal yang harus kita lakukan adalah membebaskan diri dari kekuasaan irasional, hawa nafsu dan emosi serta mengarahkan diri menurut akal budi.

Jumat, 31 Desember 2010

  
sebuah fenomena sosial

Kenaikan harga BBM pada tahun 2005 lalu sebagai kebijakan pemerintah untuk mengatasi terjadinya inflasi yang berakibat pada kondisi perekonomian yang di negeri ini secara makro, ternyata menimbulkan dampak tertentu pada masyarakat terutama pada komunitas ekonomi lemah (baca rakyat miskin).
Dampak tersebut  antara lain meningkatnyabtemperamin kemarahan masyarakat yang merasa haknya dipangkas oleh aparat pemerintahan(seperti lurah,Rw,Rt) sehingga ada beberapa person masyarakat yang melakukan pengrusakan terhadap kantor desa,balai Rw dll,ada pula yang melakukan penyerangan sampai tinkat pembunuhan terhadap perangkat pemerintah yang dianggap bertanggung jawab. Misalnya terjadi di luar,seorang warga membunuh ketua RT, hanya karena namanya tidak terdaftar sebagai penerima dana kompensasi kenaikan harga BBM.(jawa post,April 2005)
Pada sisi yang lain, fenomena muncul dan membuat kita keheran-heranan. Ditengah tekanan ekonomi  yang cukup menghimpit ini pemerintah tetap juga mengambil kebijakan menaikkan harga BBM 30 prosen ditahun 2008, dengan dalih subsidi pemerintah terhadap BBM banyak dinikmati oleh komunitas oarang kaya saja. Agar tidak demikian maka melalui kebijakan ini dimaksudkan untukmemberi keuntungan kepada rakyat kecil (miskn) dengan memberikan dana bantuan langsun tunai(BLT)  sebesar “seratus ribu rupiah” dan tambahan sembako secara gratis kepada mereka setiap bulan selama satu tahun.
Dengan alasan demi kerukunan antar warganya, ternyata masih ada komunitas rakyat miskin yang rela tidak menerima BLT dan batuan sembako. Menurut mereka ; dari pada pembagian BLT plus sembako itu tidak merata pada semua rakyat miskin,lebih baik kami tidak menerima semuanya,saya rela tidak menerima  BLT asal warga disini rukun. Buat apa kami menerima uang BLT kemudian berkelahi dengan tetangga(kata mbah senen,60 th,warga Tambak segaran RW 08 kelurahan rangkah surabaya). Ratusan warga RW 08(RT10-08)tambak segaran yang mendapat dana kompensasi BBM th 2005 lalu, sepakat untuk tidak mengamil BLT plus th 2008,demi kerukunan dan keadilan. Sebab pada tahun 2005 lalu terjadi perkelahian antar warga diwilayah ini gara-gara pembagian dana kompensasi yang tidak merata.
Di jember jawa timur,puluhan warga dari dua desa yakni pandunan dan jelbuk kecamatan jelbuk mendatangi kantor kecamatan dan meminta namanya didaftar sebagai penerima BLT plus th 2008 ini. Mereka mengatakan; harga BBM naik terus tetapi kami tak pernah menerima bantuan,padahal kami-kami ini miskin. Di Gresik,di desa Dukun sedikitnya 5 warga mendatangi kantor desa untuk protes. Mereka menuntut namanya dimasukkan sebagai penerima BLT plus th 2008 ini,karena th 2005 lalu mereka tidak menerima. (Surya ,mei 2008) .
Pertanyaannya:
1.      Mengapa seseorang lebih memilih melakukan pengrusakan,perkelahian bahkan pembunuhan(anarchis) dalam menyelesaikain pesoalan mereka,sedangkan yang lain tidak demikian.
Saya menganalisis fenomena ini dengan menggunakan teori belajar,kognitif dan insentif.
·         Analisis yang pertama yaitu menggunakan teori belajar.
Dari kasus diatas dapat dianalisis dengan menggunakan pendekatan asosiasi dimana sering terbiasanya masyarakat, bila merasa dirugikan menjadi korban ketidak adilan maka akan terjadi perilaku yang berujung pada pengrusakan atau pembunuhan. Hal ini yang kemudian terjadi ketika sebagian warga tidak menerima bantuan langsung tunai(BLT) maka mereka merasa menjadi korban ketidak adilan dan merasa haknya dipangkas oleh aparat pemerintahan maka secara langsung masyarakat melakukan tindakan anarkis yang berwujud pengrusakan kantor desa,balai RW bahkan pembunuhan aparat pemerintahan.
·         Analisis yang ketiga yaitu menggunakan teori insentif.
Melalui pendekatan approach-advaidance maka kasus fenomena sosial tersebut,dapat dianalisis bahwa seseorang akan memenuhi kebutuhannya dalam keadaan yang sulit terus datang,sementara bantuan langsung tunai(BLT) yang diharapkan bersifat menjauh yang mana mereka tidak mendapatkannya. Dan konflik tersebut muncullah swatu tindakan yang mana mereka tidak anarkis yang berwujud pada pengerusakan balai RW,perkelahian bahkan sampai pembunuhan pada aparat pemerintahan.
·         Analisis yang kedua yaitu menggunakan teori kognitif.
prinsip dasar dari teori ini,terdapat perasaan seseorang dimana pada umumnya,perasaan berkaitan dengan persepsi dan merupakan reaksi terhadap stimulus yang mengenainya. Seperti pada contoh fenomena sosial,memberiakan gambaran bahwa keadaan(stimulus) itu dapat menimbulkan perasaan pada masing-masing individu ternyata dapat berbeda satu dengan yang lain.




Pertanyaannya:
2.      Mengapa dalam kondisi ekonomi serba sulit ini,masih ada orang-orang yang rela berkorban demi keadilan dan kerukunan antar sesamanya.

Saya menganalisis fenomena ini dengan menggunakan teori belajar,insentif,

·         Analisis yang pertama yaitu menggunakan teori belajar.

 Dengan menggunakan pendekatan pada proses imitasi. Kasus ini dapat dianalisis sebagai berikut, seseorang akan menggunakan orang yang dianggap penting dalam hidupnya sebagai kiblatan dalam memutuskan suatu masalah. Dalam kasus ini masyarakat menggunakan sikap dari para ustadz yang mementingkan hidup rukun dan berjiwa adil daripada menerima bantuan langsung tunai(BLT) yang mana akan berujung pada pertikaian antar sesama. Pada pendekatan reinforcement seseorang akan menghindari perilaku yang akan memunculkan akibat-akibat yang tidak menyenangkan seperti pada fenomena social tersebut.

·         Analisis yang ketiga yaitu menggunakan teori insentif.

Dengan menggunakan pendekatan approach-avoidance maka kasus ini dapat dianalisis dengan deskripsi sebagai berikut yaitu kerukunan dan rasa adil antar sesame anggota masyarakat akan mendekat namun disisi lain seseorang yang menerima BLT harus merelakan bantuan dari pemerintah itu menjauh darinya. Dari konflik tersebut individu lebih memilih hal yang bersifat positif.dengan pemikiran yang rasional.

·         Analisis yang ketiga yaitu menggunakan teori kognitif.

seseorang yang menerima BLT bias saja menerima atau menolak bantuan tersebut,yang mana orang tersebut akan dianggap  out group bila berada pada lingkungannya yang kebanyakan tidak menerima BLT.Dan orang tersebut bias saja menolak BLT yang mana akan dianggap sebagai ingroup diantara orang tempat ia berada sebab mayoritas mereka tidak menerima BLT.dari sinilah timbul perasaan senasib sepenanggungan oleh karena itu mereka lebih memilih tidak menerima BLT karena mayoritas dari mereka tidak mendapatkannya sehingga kerukunan dari rasa adil dapat terpelihara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar