Tugas Observasi Pada Remaja Awal dan Remaja Akhir
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Psikologi Perkembangan
Oleh:
Hida Yanti. Nawari (B07208020)
Dosen:
Dra. Hj. Siti Azizah Rahayu, M.Si.
NIP. 195510071986032001
Program StudI Psikologi
Fakultas Dakwah
INSTITUT AGAMA ISLAM SURABAYA SUNAN AMPEL
SURABAYA
2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Masa remaja menurut Mappiare (1982). Berlangsung antara umur 12 sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang remaja ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13 sampai dengan 17/18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17/18 sampai 21/22 tahun adalah remaja akhir. Menurut hukum di Amerika Serikat saat ini, individu di anggap telah dewasa apabila telah mencapai usia 18 tahun, dan bukan 21 tahun seperti ketentuan sebelumnaya Hurlock,1991 ). Pada usia ini, umumnya anak sedang duduk di bangku sekolah menengah. Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya “tumbuh atau untuk mencapai kematangan”.
Perkembangan lebih lanjut, istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, social, dan fisik (Hurlock,1991), didukung oleh piaget. Bahwa secara psikologis, remaja adalah suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya merasa sama, atau paling tidak sejajar. Memasuki masyarakat dewasa ini mengandung efek afektif, lebih atau kurang dari usia pubertas.perkembangan intelektual yang terus – menerus menyebabkan remaja mencapai tahap berfikir operasional formal.
Remaja merupakan salah satu periode kehidupan yang dimulai dengan perubahan biologis pada masa pubertas dan diakhiri dengan masuknya seseorang ke dalam tahap kedewasaan. Dua ratus tahun yang lalu, periode ini tidak dikenali. Kata-kata ‘remaja’ belum digunakan, dan masa perkembangan hanya dibedakan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Munculnya kemampuan bereproduksi yang disebut dengan ‘pubertas‘ menjadi batas antara dua tahap perkembangan ini. Munculnya tahap remaja dalam periode kematangan seksual dan sosial ditandai dengan semakin berkembangnya kompleksitas masyarakat. Sejalan dengan makin beragamnya fungsi sosial, semakin meningkat pula kualifikasi yang diperlukan dalam dunia kerja.
1.1.1 Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan Pada Remaja
Pertumbuhan dapat didevinisikan sebagai proses perubahan fisiologis yang bersifat progesif dan kontinu serta berlangsung dalam periode tertentu. Sedangkan perkembangan lebih mengacu kepada perubahan karakteristik yang khas dari gejala-gejala psikologis kearah yang lebih maju. Perubahan seperti itu tudak lepas dari perubahan yang terjadi pada struktur biologis,meskipun tidak semua perubahan kemampuan dan sifat psikis dipengaruhi oleh perubahan struktur biologis. Perbedaan antara pertumbuhan dan kematangan, pertumbuhan menunjukkan perubahan biologis yang bersifat kuantitatif, seperti bertambah ukuran tungkai, bertambah lebar lingkar kepala, bertambah beratnya tubuh, dan semakin sempurnanya susuna tulang dan jaringan saraf. Sedangkan kematangan menunjukkan perubahan biologis yang bersifat kualitatif. Pertumbuhan dan kematangan merupakan proses yang saling berkaitan dan keduanya merupakan perubahan yang berasal dari dalam diri anak. Pertumbuhan dan kematangan dapat dipercepat dengan rangsangan – rangsangan dari lingkungan dalam batas-batas tertentu, dengan demikian , anak akan berhasil dalam belajar naik sepeda ketika otot-ototnya juga sudah tumbuh dengan sempurna sehingga mampu melakukan koordinasi dengan baik ketika harus melakukan aktifitas yang berkaitan dengan kemampuan naik sepeda.
Demikianlah pertumbuhan, kematangan, belajar, dan perkembangan merupakan proses belajar yang seiring.
1.1.2 Karakteristik Masa Remaja
Sebagai periode yang paling penting, masa remaja ini memiliki karakterisitik yang khas jika dibanding dengan periode-periode perkembangan lainnya. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut :
a. Masa remaja adalah periode yang penting
Periode ini dianggap sebagai masa penting karena memiliki dampak langsung dan
dampak jangka panjang dari apa yang terjadi pada masa ini. Selain itu, periode ini
pun memiliki dampak penting terhadap perkembangan fisik dan psikologis individu, dimana terjadi perkembangan fisik dan psikologis yang cepat dan
penting. Kondisi inilah yang menuntut individu untuk bisa menyesuaikan diri
secara mental dan melihat pentingnya menetapkan suatu sikap, nilai-nilai dan
minta yang baru.
b. Masa remaja adalah masa peralihan
Periode ini menuntut seorang anak untuk meninggalkan sifat-sifat kekanak-kanakannya dan harus mempelajari pola-pola perilaku dan sikap-sikap baru untuk menggantikan dan meninggalkan pola-pola perilaku sebelumnya. Selama peralihan dalam periode ini, seringkali seseorang merasa bingung dan tidak jelas mengani peran yang dituntut oleh lingkungan. Misalnya, pada saat individu menampilkan perilaku anak-anak maka mereka akan diminta untuk berperilaku sesuai dengan usianya, namun pada kebalikannya jika individu mencoba untuk berperilaku seperti orang dewasa sering dikatakan bahwa mereka berperilaku terlalu dewasa untuk usianya.
c. Masa remaja adalah periode perubahan
Perubahan yang terjadi pada periode ini berlangsung secara cepat, peubahan fisik
yang cepat membawa konsekuensi terjadinya perubahan sikap dan perilaku yang
juga cepat. Terdapat lima karakteristik perubahan yang khas dalam periode ini
yaitu, (1) peningkatan emosionalitas, (2) perubahan cepat yang menyertai
kematangan seksual, (3) perubahan tubuh, minat dan peran yang dituntut oleh
lingkungan yang menimbulkan masalah baru, (4) karena perubahan minat dan
pola perilaku maka terjadi pula perubahan nilai, dan (5) kebanyakan remaja
merasa ambivalent terhadap perubahan yang terjadi.
d. Masa remaja adalah usia bermasalah.
Pada periode ini membawa masalah yang sulit untuk ditangani baik bagi anak
laki-laki maupun perempuan. Hal ini disebabkan oleh dua lasan yaitu : pertama,
pada saat anak-anak paling tidak sebagian masalah diselesaikan oleh orang tua
atau guru, sedangkan sekarang individu dituntut untuk bisa menyelesaikan
masalahnya sendiri. Kedua, karena mereka dituntut untuk mandiri maka seringkali
menolak untuk dibantu oleh orang tua atau guru, sehingga menimbulkan
kegagalan-kegagalan dalam menyelesaikan persoalan tersebut.
e. Masa remaja adalah masa pencarian identitas diri
Pada periode ini, konformitas terhadap kelompok sebaya memiliki peran penting
bagi remaja. Mereka mencoba mencari identitas diri dengan berpakaian, berbicara
dan berperilaku sebisa mungkin sama dengan kelompoknya. Salah satu cara
remaja untuk meyakinkan dirinya yaitu dengan menggunakan simbol status,
seperti mobil, pakaian dan benda-benda lainnya yang dapat dilihat oleh orang lain.
f. Masa remaja adalah usia yang ditakutkan
Masa remaja ini seringkali ditakuti oleh individu itu sendiri dan lingkungan.
Gambaran-gambaran negatif yang ada dibenak masyarakat mengenai perilaku
remaja mempengaruhi cara mereka berinteraksi dengan remaja. Hal ini membuat
para remaja itu sendiri merasa takut untuk menjalankan perannya dan enggan
meminta bantuan orang tua atau pun guru untuk memecahkan masalahnya.
g. Masa remaja adalah masa yang tidak realistis.
Remaja memiliki kecenderungan untuk melihat hidup secara kurang realistis,
mereka memandang dirinya dan orang lain sebagaimana mereka inginkan dan
bukannya sebagai dia sendiri. Hal ini terutama terlihat pada aspirasinya, aspiriasi
yang tidak realitis ini tidak sekedar untuk dirinya sendiri namun bagi keluarga,
teman. Semakin tidak realistis aspirasi mereka maka akan semakin marah dan
kecewa apabila aspirasi tersebut tidak dapat mereka capai.
h. Masa remaja adalah ambang dari masa dewasa.
Pada saat remaja mendekati masa dimana mereka dianggap dewasa secara hukum,
mereka merasa cemas dengan stereotype remaja dan menciptakan impresi bahwa
mereka mendekati dewasa. Mereka merasa bahwa berpakaian dan berperilaku
seperti orang dewasa sringkali tidak cukup, sehingga mereka mulai untuk
memperhatikan perilaku atau simbol yang berhubungan dengan status orang
dewasa seperti merokok, minum, menggunakan obat-obatan bahkan melakukan
hubungan seksual.
1.1.3 Tugas Perkembangan Masa Remaja
Semua tugas-tugas perkembangan masa remaja terfokus pada bagaimana melalui sikap dan pola perilaku kanak-kanak dan mempersipakan sikap dan perilaku orang dewasa. Rincian tugas-tugas pada masa remaja ini adalah sebagai berikut :
1. Mencapai relasi yang lebih matang dengan teman seusia dari kedua jenis
kelamin
2. Mencapai peran sosial feminin atau maskulin
3. Menerima fisik dan menggunakan tubuhnya secara efektif
4. Meminta, menerima dan mencapai perilaku bertanggung jawab secara sosial
5. Mencapai kemandirian secara emosional dari orang tua dan orang dewasa
lainnya
6. Mempersiapkan untuk karir ekonomi
7. Memperiapkan untuk menikah dan berkeluarga
8. Memperoleh suatu set nilai dan sistem etis untuk mengarahkan perilaku.
1.1.4 Perubahan-perubahan yang terjadi pada Masa Remaja
A. Perubahan Fisik Masa Remaja
· Tinggi badan
Rata-rata anak perempuan mencapai tinggi dewasanya pada usia 17/18 tahun dan bagi anak laki-laki satu tahun lebih dari usia tersebut.
· Berat badan
Perubahan berat tubuh seiring dengan waktu sama dengan perubahan tinggi
badan, hanya saja sekarang lebih menyebar ke seluruh tubuh.
· Proporsi tubuh
Berbagai bagian tubuh secara bertahap mencapai proporsinya. Misal: badan lebih lebar dan lebih kuat.
· Organ seksual
Pada laki-laki dan perempuan organ seksual mencapai ukuran dewasa pada
periode remaja akhir, namun fungsinya belum matang sampai dengan beberapa tahun kemudian
· Karakteristik sex sekunder
Karakteristik sek sekunder utama mengalami perkembangan pada level dewasa pada periode remaja akhir.
B. Emosionalitas Masa Remaja
Selain terjadi perubahan fisik yang sangat mencolok, juga terjadi perubahan dalam
emosionalitas remaja yang cukup mengemuka, sehingga ada beberapa hal yang dapat disimpulkan dari perubahan pada aspek emosionalitas ini. Masa ini disebut sebagai masa “storm and stres”, dimana terjadi peningkatan ketegangan emosional yang dihasilkan dari perubahan fisik dan hormonal. Pada masa ini emosi seringkali sangat intens, tidak terkontrol dan nampak irrasional, secara umum terdapat peningkatan perilaku emosional pada setiap usia yang dilalui. Misalnya, pada usia 14 tahun, remaja menjadi mudah marah, mudah gembira, dan meledak secara emosional, sedangkan pada usia 16 tahun terjadi kebalikannya mereka
mengatakan tidak terlalu merasa khawatir. Hal yang paling membuat remaja marah adalah apabila mereka diperlakukan seperti anak-anak atau pada saat merasa diperlakukan tidak adil. Ekspres kemarahannya mungkin berupa mendongkol, menolak untuk bicara, atau mengkritik secara keras. Hal yang juga cukup mengemuka yaittu pada masa ini remaja lebih iri hati terhadap mereka yang memiliki materi lebih.
C. Perubahan Sosial pada Masa Remaja
Salah satu tugas perkembangan yang paling sulit pada masa remaja adalah
penyesuaian sosial. Penyesuaian ini harus dilakukan terhadap jenis kelamin yang
berlainana dalam suatu relasi yang sebelumnya tidak pernah ada dan terhadap orang dewasa diluar keluarga dan lingkungan sekolah. Pada masa ini remaja paling banyak menghabiskan waktu mereka di luar rumah bersama dengan teman sebaya mereka, sehingga bisa difahami apabila teman sebaya sangat berpengaruh terhadap sikap, cara bicara, minat, penampilan, dan perilaku remaja.
Perubahan dalam perilaku sosial terlihat dengan adanya perubahan dalam sikap
dan perilaku dalam relasi heteroseksual, mereka yang tadinya tidak menyukai
keterlibatan lawan jenis menjadi menyukai pertemanan dengan lawan jenis. Secara umum dapat dikatakan bahwa minat terhadap lawan jenis meningkat. Selain itu, perubahan sosial yang terjadi dengan adanya nilai-nilai baru dalam memilih teman, dimana sekarang remaja lebih memilih yang memiliki minat dan nilai-nilai yang sama, bisa memahami dan membuat merasa aman, dapat dipercaya dan bisa diskusi mengenai hal-hal yang tidak bisa dibicarakan dengan guru atau orang tua. Pada masa ini pun remaja memiliki keinginan untuk tampil sebagai seorang yang populer dan disukai oleh lingkungannya.
D. Perasaan Beragama Pada Remaja
Gambaran remaja tentang Tuhan dengan sifat- sifatnya merupakan bagian dari gambarannya terhadap alam dan lingkungannya serta dipengaruhi oleh perasaan dan sifat dari remaja itu sendiri. Keyakinan agama pada remaja merupakan interaksi antara dia dengan lingkungannya. Misalnya, kepercayaan remaja akan kekuasaan tuhan menyebabkannya pelimpahan tanggung jawab atas segala persoalan kepada tuhan, termasuk persoalan masyarakat yang tidak menyenangkan, seperti kekacauan, ketidak adilan, penderitaan, kezaliman, persengkataan, penyelewengan dan sebagainya yang terdapat dalam masyarakat akan menyebabkan mereka kecewa pada tuhan, bahkan kekecewaan tersebut dapat menyebabkan memungkiri kekuasaan tuhan sama sekali.
Perasaan remaja kepada Tuhan bukanlah tetap dan stabil, akan tetapi adalah perasaan yang yang tergantung pada perubahan- perubahan emosi yang sangat cepat, terutama pada masa remaja pertama. Kebutuhan akan allah misalnya, kadang- kadang tidak terasa jika jiwa mereka dalam keadaan aman, tentram dan tenang. Sebaliknya, Allah sangat dibutuhkan apabila mereka dalam keadaan gelisah, karena menghadapi musibah atau bahaya yang mengancam ketika ia takut gagal atau merasa berdosa.
E. Adanya perilaku seksual
Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, dan senggama. Obyek seksual dapat berupa orang, baik sejenis maupun lawan jenis, orang dalam khayalan atau diri sendiri. Sebagian tingkah laku ini memang tidak memiliki dampak, terutama bila tidak menimbulkan dampak fisik bagi orang yang bersangkutan atau lingkungan sosial. Tetapi sebagian perilaku seksual (yang dilakukan sebelum waktunya) justru dapat memiliki dampak psikologis yang sangat serius, seperti rasa bersalah, depresi, marah, dan agresi.
F. Perubahan bahasa.
Adanya penggunaan bahasa yang lebih lancar serta fasih dalam berkomunikasi serta adanya keterampilan dan performansi tata bahasa terus berkembang ke arah tercapainya kompetensi berbahasa secara lengkap sebagai perwujudan dari kompetensi komunikasih.
G. Perubahan kognitif
Adanya kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Dan sudah mulai mampu berspekulasi tentang sesuatu, dimana mereka sudah mulai membayangkan sesuatu yang diinginkan di masa depan. Perkembangan kognitif yang terjadi pada remaja juga dapat dilihat dari kemampuan seorang remaja untuk berpikir lebih logis. Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan.
H. perubahan moral.
1. Pandangan moral individu semakin lama semakin menjadi lebih abstrak. Maksudnya, remaja sudah bisa berpandangan jauh ke depan, seperti memikirkan masa depannya.
2. Keyakinan moral lebih berpusat pada hal yang dianggap benar.
3. Penilaian moral menjadi semakin kognitif. Ia mendorong remaja lebih berani menganalisis kode social dan kode pribadi dari pada masa anak-anak dan berani mengambil keputusan terhadap berbagai masalah moral yang dihadapinya.
4. Penilaian moral menjadi kurang egosentris. Maksudnya, remaja bisa menerima lingkungan sekitarnya, karena sesuai dengan kehidupannya yang berkelompok.
5. Penilaian moral secara psikologis menjadi lebih mahal dalam arti bahwa penilaian moral merupakan bahan emosi dan menimbulkan ketegangan psikologis.
3. Penilaian moral menjadi semakin kognitif. Ia mendorong remaja lebih berani menganalisis kode social dan kode pribadi dari pada masa anak-anak dan berani mengambil keputusan terhadap berbagai masalah moral yang dihadapinya.
4. Penilaian moral menjadi kurang egosentris. Maksudnya, remaja bisa menerima lingkungan sekitarnya, karena sesuai dengan kehidupannya yang berkelompok.
5. Penilaian moral secara psikologis menjadi lebih mahal dalam arti bahwa penilaian moral merupakan bahan emosi dan menimbulkan ketegangan psikologis.
1.2 Rumusan Permasalahan
1 Bagaimana masa perkembangan dalam remaja awal yang meliputi aspek kognitif, fisik, emosi, sosial, religi, moral, bahasa serta seksualitas.?
2 Bagaimana masa perkembangan dalam remaja akhir yang meliputi aspek kognitif, fisik, emosi, sosial, religi, moral, bahasa serta seksualitas.?
1.3 Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah penelitian, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran masa perkembangan remaja awal serta perkembangan remaja akhir. Yang di tinjau dari aspek konitif, fisik, emosi, sosial, religi, moral,bahasa serta seksualitas.
1.4 Manfaat Penelitian
Dengan adanya mengetahui masa perkembangan remaja awal serta remaja akhir diharapkan dapat menjadi masukan bagi orang tua, peneliti dan pembaca. Penelitian ini juga diharapkan dapat mendorong penelitian-penelitian selanjutnya, baik tentang remaja awal maupun remaja akhir.
BAB II
Hasil Observasi dan Wawancara
A. Remaja Awal
Subjek remaja awal berinisial MA. Ia adalah pelajar SMA kelas 2 . Yang berusia 16 tahun dalam kesehariannya ,putra ke tiga dari lima bersaudara ini memiliki berbagai aktifitas yang menguras waktu.
Di dalam lingkungan sekolah, selain sebagai siswa ia mempunyai jabatan yakni aktif dalam organisasi siswa yakni sebagai wakil osis, dan aktif dalam ekstrakulikuler karate. Mempunyai penghargaan sebagai juara I dalam lomba karate se-jawa timur, dan dalam hal kecerdasan,nilai yang ia peroleh di atas rata-rata sehinggga membawa dirinya sebagai salah satu siswa yang berprestasi di sekolah favorit tersebut. Walau demikian ia tidak memilih-milih teman, hal ini diketahui banyaknya siswa-siswi yang mengenal dia bahkan tak jarang sebagai bahan pembicaraan bagi remaja putri. Dengan postur tubuh yang kecil dan tinggi badan 155,berkulitkan sawo matang ini, menyukai seorang gadis. namun karena ia sudah mulai berfikir ia pun mengurungkan niatnya untuk menjadikan gadis tersebut sebagai pacarnya. Ia bekilah bahwa sekolah lebih di prioritaskan ketimbang berpacaran. menurut wali kelasnya ia adalah siswa yang akif dalam berorganisasi, selain itu ia bukanlah siswa yang bermasalah, begitupun hasil dari prestasinya sangat tidak mengecawakan sebab dari hasil ulangan harian maupun tugas-tugasnya nilai yang didapatkan di atas rata-rata yakni antara 70 sampai 89 bahkan pernah juga sampai 100.
Di dalam lingkungan tempat tinggalnya, yang berada di jl. Tanah Merah Gg 3 baru. Ia aktif tergabung dalam karangtaruna dan Remas (remaja masjid). ia dikenal sebagai seorang remaja awal yang sangat ramah, hal ini berkaitan dengan apa yang ia sering lakukan pada masyarakat sekitar berupa, menurut penuturan salah satu warga,ia tidah pernah bertingkah laku buruk bahkan jika ada kebersihan kampung ia turut membantu.di tuturkan pula oleh seorang teman sebayanya, bahwa ia adalah murid ngaji kesayangan ust. Saat di rumah tidak ada kakaknya ia pun mengerjakan pekerjaan rumah seperti menyapu dan mengepel. Putra yang dilahirkan dari darah asli Madura ini, memakai bahasa jawa dalam lingkungan rumahnya walaupun kedua orang tuanya tak jarang memakai bahasa Madura namun saat berada di lingkungan sekolah ia memakai bahasa Indonesia. Menurut ayahnya, hal yang di hindari oleh kakak serta orang tuanya,ia lah saat ia ingin mempertahankan sesuatu atau menginginkan sesuatu ia cenderung terobsesi untuk memiliki, sehingga saat emosinya naik tak jarang kakak dan adiknya menjadi sasaran emosinya.
Pada saat liburan, ia sering menghabiskan waktunya dengan jalan-jalan bersama teman-temannya di suatu tempat hiburan atau sekedar bermain-main, disalah satu sudut kota Surabaya. Hal ini ia lakukan untuk menghilangkan kepenatan selama sekolah atau aktifitas-aktifitas selama berorganisasi.
B. Remaja akhir
Subjek remaja akhir berinisial W, yang berusia 21 tahun, ia merupakan putra ke dua dari tiga bersaudara dan saat ini ia bekerja di salah satu bank swasta di Surabaya.
Di dalam lingkungan pekerjaannya, ia sangat mentaati peraturan dan cekatan dalam bekerja, hal ini di tuturkan pula oleh salah satu atasannya bahwa sebagai salah satu pegawai muda hasil bekerjanya sudah cukup bagus. Jika pekerjaannya sudah selesai ia pun dengan senang hati membantu temannya, tak jarang pula banyak teman-temannya yang meminta bantuan kepada dia. Meskipun ia sibuk mengerjaan pekerjaannya namun ia selalu mengingat-ingat waktu dimana hal itu ia lakukan agar sholatnya tidak ketinggalan ia juga menuturkan bahwa ia lebih suka sholat berjamaah. Putra dengan tinggi badan 175 ini telah mencintai salah seorang temannya dan telah di pacarinya selama dua tahun, ia tidak terburu-buru untuk melangkah kejenjang pernikahan walaupun terkadang ia menginginkannya, dalam berpacaran ia sempat mengaku bahwa ia pun pernah melakukan ciuman layaknya suami istri, ia berkilah bahwa wajar sekali jika seorang anak muda melakukan hal semacam itu, walau ia tahu bahwa hal itu tidak boleh ia lakukan bahkan di dalam agama melarangnya.
Di dalam lingkungan tempat tinggalnya yang berada di taman pondok legi blok M no 41 ini, meskipun dalam Sembilan jam ia berkutit pada aktifitas pekerjaan namun ia meluangkan sedikit waktu sebagai karangtaruna tak jarang pula terkadang ia menggantikan ayahnya dalam acara pengajian rutin yang diselenggarakan di tempatnya, menurut adiknya. Kakak yang paling ia sayangi merupakan kakak yang sangat care terhadap dirinya, sejak adiknya masih kecil hingga sekarang ia tidak merubah kalaupun ada perubahan itu terjadi pada postur tubuh, tinggi badan serta tingkah laku, sang adik menambahkan pula bahwa saat situasi dan kondisi tidak nyaman ia lebih memilih untuk berdiam diri di kamar. Hal ini, di benarkan pula oleh temannya.
Jika pada hari sabtu malam minggu, itu adalah hari yang ia nanti-nantikan sebab pada hari itu adalah hari istimewah untuk dia berpacaran ataupun keluar kota bersama teman-temannya. Dengan demikian pikirannya akan menjadi lebih friers dan siap bekerja pada harinya. Ia pun menambahkan bahwa ia akan lebih senang jika didukung dengan gaji yang ia peroleh namun ia tak lupa menyisahkan buat di tabung, memberikan sedikit pada adiknya serta memberikan pula kepada orang tuanya. Ia dilahirkan dari keluarga jawa namun ia telah terbiasa menggunakan bahasa indonesia pun sejak ia kecil ke dua orang tuanya yang mengajarkannya menggunakan bahasa Indonesia. Tak ayal ia tidak terlalu bisa menggunakan bahasa jawa.
BAB III
HASIL OBSERVASI Di TINJAU Dari BEBERAPA ASPEK
A. Remaja Awal
1 Aspek Kognitif
Dalam hal ini, subjek bisa dengan mudah menerima pelajaran yang di berikan oleh gurunya, dalam hal kepengurusan organisasi ia mampu mengatur waktu sesuai dengan kebutuhannya. dan mudah tanggap dalam berbagai permasalahan yang terjadi. Serta mampu memprioritaskan mana yang lebih penting dengan yang tidak.
Menurut Mahfudin Shalahudin (1989) dinyatakan bahwa “kognitif” adalah akal budi atau inteligensi yang berarti kemampuan untuk meletakkan hubungan dari proses berpikir. Selanjutnya, dikatakan bahwa orang yang intelligent adalah orang yang dapat menyelesaikan persoalan dalam waktu yang lebih singkat, memahami masalahnya lebih cermat, serta mampu bertindak cepat.
2 Aspek Pertumbuhan Fisik
Dalam hal ini, subjek merasakan kondisi fisiknya yang berubah, yang sebelumnya tinggi badannya 140 berubah menjadi 155, pun begitu juga dengan yang lain yakni, Lekum pada remaja pria, serta subjek mengaku pernah mengalami mimpi basah.
Pertumbuhan adalah suatu proses perubahan fisiologis yang bersifat progresif dan kontinu dan berlangsung dalam periode tertentu.
Pertumbuhan yang meliputi perubahan progresif yang bersifat internal maupun eksternal. Perubahan internal antara lain, meliputi perubahan ukuran alat pencernaan makanan, bertambahnya besar dan berat jantung dan paru-paru, serta bertambah sempurnanya system kelenjar endoktrin/kelamin dan berbagai jaringan tubuh. Adapun perubahan eksternal meliputi bertambahnya tinggi badan, bertambahnya lingkar tubuh, perbandingan ukuran panjang dan lebar tubuh, ukuran besarnya organ seks, dan muncunya atau tumbuhnya tanda-tanda kelamin sekunder (Hurlock E.B, 1991).
3 Aspek Emosi
Dalam hal ini, jika subjek mengalami emosional sayangnya subjek kurang mampu mengendalikan emosinya atau kurang terkontrol. Sehingga sasarannya terjadi pada eksternal maupun internal.
Emosi adalah suatu respons terhadap suatu perangsang yang menyebabkan perubahan fisiolois disertai perasaan yang kuat dan biasanya mengandung kemungkinan untuk meletus. Respons demikian terjadi baik terhadap perangsang-perangsang eksternal meupun internal ( Soegarda Poerbakawatja, 1982).
4 Aspek Sosial
Dalam hai ini, subjek sangat amat mudah bersosialisasi hal ini terbukti dengan banyaknya kegiatan organisasi yang ia kerjakan, pun dengan lingkungan organisasi ia membaur dengan yang lainnya. Subjek lebih memilih bermain dengan teman sebayanya di bandingkan berkumpul dengan keluarga.
Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang tua (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Dibanding pada masa kanak-kanak, remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan bermain dengan teman (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Dengan demikian, pada masa remaja peran kelompok teman sebaya adalah besar.
5 Aspek Religi
Dalam hal ini, subjek masih melakukan aktivitas, yakni mengaji di tempat sekitar rumahnya. Ia mengaku terobsesi untuk mengkhatamkan Al-qur’an tiga kali, sebagai sunnah Nabi. Pun kalau lebih ia akan lebih bersyukur.
Religiusitas menurut Alport dan Ross (Wicaksono dan Meiyanto, 2003) memiliki dua aspek oroentasi yaitu orientasi religius instrinsik (instrinsic religious) dan orientasi religius ekstrinsik (extrinsic religious). Orientasi religious instrinsik menunjuk kepada bagaimana individu “menghidupkan” agamanya (lives his/her religion) sedangkan orientasi religius ekstrinsik menunjuk kepada bagaimana individu “menggunakan” agamanya (uses his/her religion). Singkatnya orientasi religius instrinsik melihat setiap kejadian melalui kacamata religius, sehingga tercipta makna Donahue (Wicaksono dan Meiyanto, 2003). Sebaliknya orientasi religius ekstrinsik lebih menekankan pada konsekuensi emosional dan sosial Swanson dan Byrd (Wicaksono dan Meiyanto, 2003).
6 Aspek Moral
Dalam hal ini, subjek sudah bisa menerima tata tertib yang di berlakukan di sekolah, hal ini terbukti dengan adanya laporan sekolah yang menurut salah satu wali kelasnya si subjek bukanlah siswa yang mempunyai nilai kenakalan atau tidak pernah melanggar peraturan yang ada. Pun dengan lingkungannya.
Moral merupakan standar baik-buruk yang ditentukan bagi individu oleh nilai-nilai sosial budaya di mana individu sebagai anggota sosial. (Rogers, 1985).
7 Aspek Bahasa
Dalam hal ini, subjek mampu menyesuaikan perkataannya atau berbahasa. Terbukti dengan adanya penyesuaian bahasa yang ia gunakan yakni bahasa Indonesia di lingkungan sekolah dan menggunakan bahasa jawa di lingkungan rumahnya.
Menurut Laura E. Berk (1989) Bahasa merupakan kemampuan khas manusia yang paling kompleks dan mengagumkan.
8 Aspek Seksual
Dalam hal ini, Subjek sudah mulai menyukai perbedaan jenis kelamin atau dalam bahasanya jatuh cinta pada teman sekolahnya.
Pertumbuhan Kelenjar-kelenjar Seks dan Perkembangan Seksual Remaja Awal.
Pertumbuhan kelenjar-kelenjar seks (Gonads) remaja, sesungguhnya merupakan bagian integral dari pertumbuhan dan perkembangan jasmani secara menyeluruh lebih jauh lagi, bahwa kematangan seksual dalam usia remaja awal dan parohan pertama remaja akhir mempunyai korelasi positif dengan perkembangan sosial mereka.(Jennsen,1985).
Pertumbuhan kelenjar-kelenjar seks (Gonads) remaja, sesungguhnya merupakan bagian integral dari pertumbuhan dan perkembangan jasmani secara menyeluruh lebih jauh lagi, bahwa kematangan seksual dalam usia remaja awal dan parohan pertama remaja akhir mempunyai korelasi positif dengan perkembangan sosial mereka.(Jennsen,1985).
B. Remaja akhir
1 Aspek Kognitif
Dalam hal ini, subjek mampu menyelesaikan masalahnya dengan bijaksana dan sudah bisa mengatur waktu secara tepat, pun subjek sangat jeli dengan apa yang ia kerjakan. Serta mampu mempertimbangkan mana yang harus dan tidak.
Menurut Piaget (dalam Santrock, 2001), seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru.
2 Aspek Pertumbuhan Fisik
Dalam hal ini, subjek sangat menyadari betul adanya pertumbuhan yang terjadi pada tubuhnya. Dengan begitu ia lebih sedikit menggunakan tenaganya yang ia akui bahwa tenaganya dalam usianya saat ini lebih kuat dibandingkan dulu.
Menurut Kuhlen dan Thompson (Hurlock, 1956) mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu (1) Sistem syaraf, yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi; (2) Otot-otot, yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik; (3) Kelenjar Endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru, seperti pada usia remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam suatu kegiatan, yang sebagian anggotanya terdiri atas lawan jenis; dan (4) Struktur Fisik/Tubuh, yang meliputi tinggi, berat, dan proporsi.
3 Aspek Emosi
Dalam hal ini, subjek mampu meredam emosinya dengan cara berdiam diri di kamar dan memilih mengalah ia juga menambahkan bahwa selama hal atau kejadian itu tidak merugikan dirinya ia akan memilih diam dan mengalah, namun jika hal atau kejadian itu bisa merugikan dirinya maka ia akan marah dan akan memperjuangkan apa yang menurutnya benar dan harus dipertahankan.
Emosi itu dapat didefinisikan sebagai suatu suasana yang kompleks ( a complex feeling state) dan getaran jiwa (a strid up state) yang menyertai atau muncul sebelum /sesudah terjadinya perilaku.
Aspek emosional dari suatu perilaku, pada umumnya, selalu melibatkan tiga variabel, yaitu rangsangan yang menimbulkan emosi (the stimulus variable), perubahan-perubahan fisiologis, yang terjadi bila mengalami emosi (the organismic variable), dan pola sambutan ekspresi atau terjadinya pengalaman emosional itu (the response variable). Serta ada ratusan emosi bersama dengan variasi, campuran, mutasi, dan nuansanya sehingga makna yang dikandungnya lebih banyak, lebih kompleks, dan lebih halus daripada kata dan definisi yang di gunakan untuk menjelaskan emosi (Daniel Goleman, 1995).
4 Aspek Sosial
Dalam hal ini, subjek tidak membedakan sikap dan perilakunya serta dalam melakukan aktivitasnya. Meskipun ia berada pada acara yang hanya di hadiri oleh bapak-bapak namun ia tetap melaksanakannya.
Hubungan sosial individu berkembang karena adanya dorongan rasa ingin tahu terhadap segala sesuatu yang ada di dunia sekitarnya. Dalam perkembangannya, setiap individu ingin tahu bagaimanakah cara melakukan hubungan secara baik dan aman dengan dunia sekitarnya, baik yang bersifat fisik maupun sosial. Hubungan sosial diartikan sebagai “ cara-cara individu bereaksi terhadap orang-orang di sekitarnya dan bagaimana pengaruh hubungan itu terhadap dirinya” (Anna Alisyahbana.,1984)
5 Aspek Religi
Dalam hal ini, subjek sangat senang melakukan ibadahnya dengan cara berjamaah. Namun subjek tetap melanggar sesuatu yang di haramkan oleh agama yakni pacaran serta berciuman dengan lawan jenisnya. Namun ia juga mengaku bahwa pada saat ini ia berusaha menghilangkan perilaku tersebut dan ingin benar-benar melakukan hal-hal yang baik serta ia berusaha memantapkan dirinya untuk kejenjang pernikahan agar dosa yang ia perbuat tidak lebih banyak.
akan menjadi permasalahan yang sangat besar ketika harus mengukur suatu nilai/persepsi/norma yang memiliki aspek subjektivitas dan irasional, misalnya untuk mengukur religiusitas seseorang. Sejauh ini teori yang paling bisa menjawab untuk bisa melakukan pengukuran terhadap aspek religiusitas seseorang adalah teori yang dikemukakan oleh Glock & Stark. Bahwa Religiusitas dan kebermaknaan hidup secara tidak langsung terkait karena hal itu bisa membuat manusia mengetahui sejauh mana mereka bisa menghargai hidup dan memanfaatkan hidupnya dengan berperilaku dan berbuat sesuai dengan ajaran agamanya. Secara tidak langsung agama dapat menjadikan seseorang sadar akan makna hidup dan bagaimana mereka untuk berbuat lebih baik untuk masa depan hidupnya dalam meraih prestasi.
6 Aspek Moral
Dalam hal ini, subjek mampu menerima tata tertib yang di berlakukan di kantornya , Pun di dalam lingkungannya. Ia menyadari betul bahwa satu kesalahan saja bisa membawa harga dirinya jatuh terlebih ia tidak ingin harga diri orang tuanya jatuh akibat dirinya.
Moral pada dasarnya merupakan rangkaian nilai tentang berbagai macam perilaku yang harus di patuhi (Shaffer, 1979).
7 Aspek Bahasa
Dalam hal ini, subjek hanya bisa menggunakan bahasa Indonesia di kantor serta di lingkungan tempat tinggalnya. Sebab di dalam lingkungan keluarganya ia telah terbiasa menggunakan bahasa Indonesia.
Ada aspek linguistic dasar yang bersifat universal dalam otak manusia yang memungkinkan untuk menguasai bahasa tertentu ( Tarigan, 1986).
Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan sesuatu pengertian, seperti dengan menggunakan lisan, tulisan, isyarat, bilangan, lukisan, dan mimik muka.
8 Aspek Seksual
Dalam hal ini, subjek telah melakukan batas dalam hal berhubungan, yakni adanya nafsu yang mendorong ia untuk melakukan ciuman.
Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara hubungan intim antara laki-laki dengan perempuan. Pendapat tersebut seiring dengan pendapat Hurlock (1991), seorang ahli psikologi perkembangan, yang mengemukakan tanda-tanda kelamin sekunder yang penting pada laki-laki dan perempuan. Menurut Hurlock, pada remaja putra : tumbuh rambut kemaluan, kulit menjadi kasar, otot bertambah besar dan kuat, suara membesar dan lain,lain. Sedangkan pada remaja putri : pinggul melebar, payudara mulai tumbuh, tumbuh rambut kemaluan, mulai mengalami haid, dan lain-lain.
Seiring dengan pertumbuhan primer dan sekunder pada remaja ke arah kematangan yang sempurna, muncul juga hasrat dan dorongan untuk menyalurkan keinginan seksualnya. Hal tersebut merupakan suatu yang wajar karena secara alamiah dorongan seksual ini memang harus terjadi untuk menyalurkan kasih sayang antara dua insan, sebagai fungsi pengembangbiakan dan mempertahankan keturunan.
BAB
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1 Kesimpulan
Masa remaja sebagai periode perkembangan yang paling penting bagi individu pada kenyataannya merupakan suatu periode yang sarat dengan perubahan dan rentan munculnya masalah. Meskipun demikian adanya pemahaman yang baik serta penanganan yang tepat terhadap remaja merupakan faktor penting bagi keberhasilan remaja di kehidupan selanjutnya, mengingat masa ini merupakan masa yang paling menentukan.
Setiap organisme, baik manusia maupun hewan, pasti mengalami peristiwa perkembangan selama hidupnya. Perkembangan ini meliputi seluruh bagian dengan keadaan yang dimiliki oleh organisasi tersebut, baik yang bersifat konkret maupun yang bersifat abstrak. Jadi, arti peristiwa perkembangan itu khususnya perkembangan manusia tidak hanya tertuju pada aspek psikologis saja, tetapi juga aspek biologis. Karena setiap aspek perkembangan individu, baik fisik, emosi, inteligensi maupun sosial, satu sama lain saling mempengaruhi. Terdapat hubungan atau korelasi yang positif diantara aspek tersebut.
1.2 Saran-Saran
Karena kurangnya wawasan dan literatur dalam penyusunan makalah ini, penulis sangat mengharapkan kritik maupun saran yang bersifat membangun demi penyusunan makalah maupun karya-karya berikutnya.dan semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis maupun seluruh pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
ü Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, 2003, Psikologi Remaja, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
ü John W, Santrock, 2003, Adolescence, Erlangga, Jakarta.
ü Mohammad Ali, Mohammad Asrori, 2006, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, Bumi Aksara, Jakarta.
ü Gunarsa, S.D. (1988). Psikologi remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar