jika kita ingin mencapai sesuatu hidup yang baik, yang indah, dan terasa bernilai serta bermakna. maka hal yang harus kita lakukan adalah membebaskan diri dari kekuasaan irasional, hawa nafsu dan emosi serta mengarahkan diri menurut akal budi.

Sabtu, 08 Januari 2011

Damai itu indah


Tepat saat semua mahasiswa di salah satu institute melakukan UAS. Beberapa di antaranya berunjuk rasa di karenakan adanya pemiluh di beberapa fakultas. Saya gak tau jelas apa sebab musabab yang terjadi coz pas ada mahasiswa beramai-ramai mengeluarkan orasi serta beberapa mahasiswa yang berada di gedung berhamburan keluar buat menyaksikan peristiwa yang heboh itu. Bahkan teman-teman saya ikut pula menyaksikan hal tersebut walapun hanya selayang pandang doing.
Sementara saya, harus tetap duduk memangku leptop buat bantuin tugas teman saya. So saya yang sebenarnya di buat penasaran tetap terpaku tenang dengan sok nyantai padahal saya juga pengen tau. Akhirnya setelah UAS saya pun segera pulang, namun pemandangan di beberapa ruas kampus berserakan kertas-kertas pemilu. Dalam hati saya Cuma bergumam” sudah berapa banyak biaya buat ngeprint ni kertas, malah berhamburan di tanah. Bukankah dana tersebut jika di berikan pada anak jalanan itu lebih berguna.hm…..”
Selidik punya selidik, hal ini terjadi karena adanya politik kampus. Yac…tentang uang gitu dech…terlepas dari bener gak nya cukup mereka aja yang tau.
So By The Way…..hal yang pengen saya bahas di sini sekaligus ingin menyampaikan pendapat. Bahwa tidak semestinya hal itu terjadi. Coba dec..kita coba berpikir secara dewasa dan bijaksana…saya setuju dengan adanya demo-demo yang menunjukkan sikap reformasinya. But…hellllloo…emangnya gak ada apa suatu pembicaraan yang santun dan hangat di kalangan mahasiswa namanya juga maha…sekali lagi MAHA di mana itu merupakan kedudukan yang tinggi..so hargai jabatan kamu sebagai seorang mahasiswa…
Alangkah anehnya negeriku ini…”hehehehe kayak judul film oe…” but kata-kata itu bisa di jadikan rujukan buat menyebut negeri yang saya cintai ini. Beberapa berita mengabarkan bahwa banyak sekali mahasiswa yang berunjuk rasa karena ini lah, karena itu lah hm…dosen saya bilang “bel gedes”. Semua mempunyai pemahaman sendiri buat menyikapi masalah.
Kalau saya teropong di era reformasi. Jaman doeloe…peran mahasiswa sangat amat berpengaruh sekali mungkin tanpa bereka Negara ini bukanlah Negara yang sangat entengnya  buat kita-kita berpendapat tentang kenegaraan…coba kalau dulu. Wah bisa di masukkan ke dalam lubang buaya…tapi itu dulu friend…dulu mahasiswa siap mati buat kebebasan negara kita. Tanpa embel-embel uang, kekuasaan yac…pokoknya gak ada peran individu. Yang ada hanya satu tujuan yakni kebebasan.
But…kebebasan bukan berarti melakukan semuanya atas seenak or semaunya kita sendiri. Kita masih bisa membicarakan semuanya secara jelas dan gambling. Dengan begitu gak perlu dec..berunjuk rasa yang gak penting gitu. Jadinya gak ada pihak yang di rugikan dan gak ada yang terbuang sia-sia. Sebagai mahasiswa yang berada di wilayah kampus yang sama bukannya kita saudara yang sama-sama merangkul..
So perbedaan pendapat  adalah hal yang wajar, sebagaimana kata pepatah Arab "kullu ro`sin ro`yun" (setiap kepala mempunyai pendapat). Yang penting dalam menghadapi perbedaan ini adalah penyikapannya; seperti menghormati pendapat yang berbeda, menyampaikan pendapat dengan ilmu yang benar, dilandasi semangat mencari kebenaran bukan pembenaran.

Ibnul Qosim mengatakan bahwa beliau mendengar Malik dan Al Laits berkata tentang masalah perbedaan pendapat di antara sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Tidaklah tepat perkataan orang-orang yang mengatakan bahwa khilaf (perbedaan pendapat) boleh-boleh saja (ada kelapangan). Tidaklah seperti anggapan mereka. Di antara pendapat-pendapat tadi pasti ada yang keliru dan ada benar.”
Begitu pula Asyhab mengatakan bahwa Imam Malik ditanya mengenai orang yang mengambil hadits dari seorang yang terpercaya dari sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau ditanya, “Apakah engkau menganggap boleh-boleh saja ada perbedaan pendapat (dalam masalah ijtihadiyah, pen)?”
Imam Malik lantas menjawab, “Tidak demikian. Demi Allah, yang diterima hanyalah pendapat yang benar. Pendapat yang benar hanyalah satu (dari berbagai pendapat ijtihad yang ada). Apakah mungkin ada dua pendapat yang saling bertentangan dikatakan semuanya benar [?] Tidak ada pendapat yang benar melainkan satu saja.” (Dinukil dari Shohih Fiqh Sunnah, 1/64)”
Perbedaan yang terjadi, semuanya harus dikembalikan pada dalil yaitu perkataan Allah swt dan Rasul-Nya. Seorang muslim, selalu mengembalikan suatu perselisihan yang ada kepada Al Qur’an dan As Sunnah sebagaimana hal ini diperintahkan dalam firman Allah swt:
وَمَا اخْتَلَفْتُمْ فِيهِ مِنْ شَيْءٍ فَحُكْمُهُ إِلَى اللَّهِ ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبِّي عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ
“Tentang sesuatu apapun kamu berselisih, maka putusannya kepada Allah. (Yang mempunyai sifat-sifat demikian) itulah Allah Tuhanku. Kepada-Nya lah aku bertawakkal dan kepada-Nyalah aku kembali.” (Qs. Asy-Syuura: 10)
Penjelasan ayat di atas menurut ahli tafsir terkemuka, Ibnu Katsir ra., mengatakan, “Maksudnya adalah (perkara) apa saja yang diperselisihkan dan ini mencakup segala macam perkara, maka putusannya (dikembalikan) pada Allah yang merupakan hakim dalam perselisihan ini. (Di mana perselisihan ini) diputuskan dengan kitab-Nya dan Sunnah (petunjuk) Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.

So…damai itu indah..iya toh…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar