Kehidupan manusia senantiasa terus bergerak maju, hal ini ditandai dengan umur yang bertambah dan banyaknya ragam babak kehidupan yang dilalui. Pada saat menginjak dewasa, dimana seseorang akan memilih perjalanan kehidupan, dalam kehidupan ada tiga perjalanan, jalan pertama adalah To Do (melakukan sesuatu). jalan berikutnya adalah To Have (mengumpulkan). jalan yang terakhir adalah To Do (mencari makna hidup). Nah dalam perjalanan kehidupan ini kita memilih apa, atau kita sedang melakukan jalan apa?
Jalan pertama : To Do (melakukan sesuatu)
Kebanyakan manusia masih produktif,giat bekerja,hingga gila bekerja (workaholic).
Banyak manusia pada fase ini menjadi kecanduan bekerja,membanting tulang,dan mengorbankan banyak hal. Namun upaya keras tersebut tidak membuahkan hasil yang lebih baik. Mereka saling berlomba dan sibuk, tetapi tidak ada kemajuan. Banyak yang bekerja mati-matian,tapi bekerja dengan cara yang demikian tidak serta merta bekerja secara produktif. Kondisi ini laksana mengayuh sampan dengan sekuat tenaga, tetapi sampan itu tidak maju,tidak bergerak.
Bahkan ada pula yang meninggalkan pekerjaan dan membangun bisnis sendiri, tapi ternyata tetap tidak menghasilkan apa-apa, Jay Abraham, pakar motivasi bidang keuangan dan pemasaran berkata, “banyak orang telah melakukan bisnis. Tapi, tidak ada hasil apapu, itu bukanlah bisnis.”
Mari kita merefleksikan diri. Apakah kita hanya sibuk dan bekerja, tetapi tanpa sadar kita tidak menghasilkan apa-apa?
Jalan ke dua : To Have.(mengumpulkan)
Pada jalan ini, manusia bekerja dan mempunyai penghasilan. Banyak manusia di sekeliling kita yang menimbun kekayaan, pun sebenarnya mereka kehilangan kenikmatan hidup. Sebagian besar waktu mereka miliki dihabiskan untuk terus mencari harta tersebut.
Kehidupan yang konsumtif telah membuat mereka terkepung dengan segala hal yang menggiurkan. Semakin hari, semakin dipenuhi barang-barang yang sebenarnya belum tentu dibutuhkan. Banyaknya, berbagai tawaran tersebut terus menggelitik keinginan untuk memilikinya. Dalam banyak kesempatan, manusia mendapati harga diri dan rasa puas dibangun dengan prestasi yang dimiliki dan dengan kekayaan yang dapat mereka tunjukkan. Masalah baru timbul, manusia tidak lagi menjadi diri mereka sendiri. Mereka diperbudak oleh kecintaan terhadap uang.
Oleh karenanya, tak mengherankan jika tingkat stress dikalangan pekerja semakin tinggi,salah satunya dialami oleh seorang bapak yang berumur 83thn dimana nama beliau tidak saya sebutkan,beliau adalah seorang pengusaha di perusahaan swasta di Surabaya,baginya pekerjaan yang menyuguhkan kenikmatan adalah hidupnya sebelum dia menjadi pasien di rumah sakit jiwa di Surabaya. Tentunya bukan hanya beliau saja, tetapi saya menemukan banyak kemiripin seperti yang terjadi di atas.
Ruang kerja mereka menjadi saksi bisu kesedihan mereka. Kesedihan ini terbentuk tatkala mereka sudah tidak lagi dekat dengan keluarga lantaran dengan cepatnya perputaran roda kehidupan. Berbagai kebutuhan menuntut mereka untuk terus bekerja bagaikan kuda dikala siang maupun malam. Semua dilakukan hanya demi sisi kebanggaan dan pembuktian jati diri mereka.
Jalan ketiga : To Be.(mencari makna hidup)
Pada jalan ini manusia tidak hanya bekerja dan mengumpulkan, tapi juga memaknai segala sesuatu yang dikerjakannya. Manusia akan terus mengasah kepribadian mereka untuk menjadi seseorang yang lebih baik. Bukan hanya bekerja dan terus bekerja, bukan hanya terobsesi mengumpulkan sebanyak mungkin uang, tetapi lebih dari itu, ada suatu nilai hidup yang ingin dibentuk dan dihadirkan.
Jalan ini merupakan jalan dimana kita harus menyadari bahwa kita menjadi pribadi yang berharga bukan karena harta yang kita miliki tapi apa yang bisa kita berikan bagi orang lain.
Hidup ini seperti roti. Roti yang dipotong dan dibagikan untuk banyak orang yang akan menjadi lebih berharga. Kita menjadi pribadi yang berharga bukan karena harta yang kita simpan dan miliki, melainkan apa yang bisa kita berikan pada orang lain.
Ada cerita yang menarik. Ketika saya sedang mencari buku, diperpustakaan umum di Surabaya bersama teman-teman saya, tidak sengaja saya menabrak seorang bapak yang saya rasa usianya 76thn. Dari kejadian tersebut saya banyak bertanya tentang beliau dan yang membuat saya kagum adalah bahwa beliau adalah mantan wakil kepala direktur diperusahaan ternama di Singapura, yang saya kagumi bukanlah jabatan yang beliau punya tetapi apa yang beliau lakukan sehingga menjadi mantan wakil kepala direktur, dengan ramahnya beliau berkata “Saat saya menjadi wakil kepala direktur, apapun yang keluarga saya butuhkan pasti saya beli dan penuhi, rumah yang saya tempati sangat luas dan besar, vasilitas yang serba mewah membuat saya dan keluarga seakan menikmati surga dunia. Namun didalam hati, saya merasakan ada suatu kekosongan yang saya sendiri tak tau apa itu, banyak ahli psikolog yang saya datangi tapi tak satupun jawaban dari mereka yang membuatku lega,sampai pada akhirnya saya membaca sebuah buku dari John Maxwell dalam Success to significant mengatakan “pertanyaan terpenting yang harus diajukan bukanlah apa yang kuperoleh. Tapi, menjadi apakah aku ini?”. Buku tersebut membuatku meninggalkan apa yang selama ini saya peroleh dan hijjrah ke Indonesia. Dan saat ini saya mendirikan sebuah rumah singgah bagi anak-anak jalanan”. Dengan bangga saya menyebutkan nama beliau yaitu Dr.Yunan Gunadi, SH.
Nah, dimanakah hidup kita sekarang? Mari kita terobsesi bukan dengan bekerja atau memiliki, tetapi menjadi pribadi yang lebih matang, lebih bermakna dan berkontribusi!
Kegembiraan terbesar dalam hidup adalah keyakinan bahwa kita dicintai. Oleh karenanya, kita membagikan cinta untuk orang lain. (Victor Hugo).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar