jika kita ingin mencapai sesuatu hidup yang baik, yang indah, dan terasa bernilai serta bermakna. maka hal yang harus kita lakukan adalah membebaskan diri dari kekuasaan irasional, hawa nafsu dan emosi serta mengarahkan diri menurut akal budi.

Minggu, 27 Februari 2011

Ada banyak makna



Segan ku rasa di setiap nafas yang ku hela.
Begitu suram untuk dapat kulihat dan kugapai
Inikah kehancuran itu……
Yang merebut tahta kebahagiaan

                        Butir-butir air mata  haruskah singgah di pipi
                        Bagaimana aku melarangnya jika ia tetap memaksa untuk keluar
                        Apakah aku harus menghancurkannya
Lalu kuhanyutkan kesungai
                       
                        Tidakkah ada satu pun yang ingin peduli terhadapku…?
                        Mengulurkan tangan yang bersampul putih
                        Memberikan kehangatan yang membuatku beku
                        Tersenyum dengan penuh kebahagian

                                                            Aku inginkan itu
                                                            Aku mengharapkan itu
                                                            Aku membutuhkan itu
                                                            Dan aku sangat memimpikan itu


28-01-2011
hiday



                         


Paulo Coelho


Belum lama ini saya  mendengar tentang Paulo Coelho, itupun aku tau dari seorang teman yang menceritakan si Paulo Coelho menurutnya  Buku yang paling terkenal adalah  The Alchemist, yang menceritakan perjalanan anak muda bernama Santiago dalam mencapai cita-citanya atau yang disebut Legenda Pribadi (Personal Legend). Buku ini disukai jutaan orang di dunia karena dengan cara yang sederhana mampu memberi inspirasi bagi mereka yang ingin mengejar impiannya. Pantas saja buku ini terjual 30 juta copy dan sudah diterjemahkan kedalam 60 bahasa.
Dengan rasa penasaran saya mencoba mencari informasi tentang Paulo Coelho dan saat saya membaca kisah hidup pak Paulo dan menemui bahwa hidupnya sendiri adalah suatu perjalanan yang tidak mudah.
Paulo Coelho bercita-cita menjadi penulis sejak berumur belasan tahun. Namun orang tuanya menganggap profesi itu tidak bagus bagi martabat keluarga dan memaksa dia menjadi seorang insinyur. Bahkan karena Paulo muda berkeras dengan cita-citanya, orang tuanya memaksa memasukkan dia kerumah sakit jiwa! Sampai dua kali dia dimasukkan kesana dan diterapi listrik supaya kembali “sadar“ dan mau berubah pikiran. Minta ampun.
Paulo sempat meninggalkan cita-citanya ini dan bekerja dalam berbagai bidang termasuk sebagai executive di perusahaan rekaman. Sampai ketika dia hampir berusia 40 tahun dia diingatkan akan panggilannya melalui suatu pengalaman pribadi yang membuat dia memutuskan untuk melakukan napak tilas perjalanan Santiago dari Perancis ke Spanyol yang mengubahkan hidupnya.
Dia kemudian menuliskan pengalaman rohani yang dia dapatkan dalam perjalanan ini dalam buku The Pilgrimage yang sempat dibukukan namun tidak terlalu sukses. Setahun kemudian dia menulis The Alchemist yang juga hanya terjual 900 copy dan ditolak untuk dicetak ulang oleh penerbitnya. Paulo tidak putus asa dan dia menemukan penerbit lain yang bersedia mencetak buku tersebut. Selanjutnya adalah sejarah. Karena buku tersebut meledak di Brazil, diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan meledak juga. Sehingga sampai sekarang sudah terjual 30 jutaan copy. Paulo kemudian menjadi penulis terkenal yang sampai sekarang sudah menjual 100 juta copy dalam berbagai judul yang dijual di 150 negara dan dalam 60 bahasa. Luar biasa!
Kembali suatu pengalaman hidup seseorang yang mampu mencapai cita-citanya karena berani meninggalkan comfort zone dan mengambil resiko ketidakpastian asalkan dia bisa mencoba menjalani apa yang ditaruhkan dalam hatinya.
Di buku The Alchemist dia menuliskan bahwa bila kita memutuskan untuk mengejar cita-cita kita, maka …. all the universe conspires in helping you to achieve it. Seluruh alam semesta akan berkonspirasi untuk menolong kita mencapai cita-cita kita itu. Wah Indah sekali!
Apakah anda memiliki sesuatu yang tersimpan dalam hatimu sejak lama ? Suatu panggilan. Suatu cita-cita. Sesuatu yang sudah terpendam sekian lama?
Tidak pernah terlambat untuk memulai perjalanan mencapai panggilanmu itu hari ini. Karena saat engkau mulai melangkah,… all the universe conspires in helping you to achieve it.
Lakukan saja sepanjang itu memang yang kau inginkan….good luck

Sabtu, 26 Februari 2011

SAVANA



AKU BERJALAN DISATU KEGELAPAN  MALAM
TANPA CAHAYA DAN SEORANG TEMAN
DAN SAMBIL BERJALAN AKU MENGELUH
APA AKU AKAN TERUS BEGINI

TERUS BERJALAN TANPA CAHAYA TERANG
DAN BERHARAP SINAR DATANG
MEMBAWA KESEJUKAN INDAH DUNIA
BESERTA TIPU DAYANYA     

APA MUNGKIN AKU BERLARI
TANPA CAHAYA YANG MENERANGI
DAN APA MUNGKIN KUKAN BERHARAP
KEADAAN INI AKAN BERUBAH
SAMPAI AKU MENDAPATKANMU.      

JANGAN JADI GELAS ..............



Seorang guru sufi mendatangi seorang muridnya ketika wajahnya
belakangan ini selalu tampak murung.

"Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah di
dunia ini? Ke mana perginya wajah bersyukurmu? " sang Guru bertanya.

"Guru, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk
tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya, " jawab sang
murid muda.

Sang Guru terkekeh. "Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam.
Bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu."
Si murid pun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan
gurunya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana
yang diminta.

"Coba ambil segenggam garam, dan masukkan ke segelas air itu," kata
Sang Guru. "Setelah itu coba kau minum airnya sedikit."
Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini meringis karena meminum air
asin.

"Bagaimana rasanya?" tanya Sang Guru.

"Asin, dan perutku jadi mual," jawab si murid dengan wajah yang masih
meringis.

Sang Guru terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya yang meringis
keasinan.

"Sekarang kau ikut aku." Sang Guru membawa muridnya ke danau di dekat
tempat mereka. "Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke danau."
Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa
bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa
asin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludah
di hadapan mursyid, begitu pikirnya.

"Sekarang, coba kau minum air danau itu," kata Sang Guru sambil
mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat di pinggir
danau.

Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau, dan
membawanya ke mulutnya lalu meneguknya. Ketika air danau yang dingin
dan segar mengalir di tenggorokannya, Sang Guru bertanya
kepadanya, "Bagaimana rasanya?"

"Segar, segar sekali," kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan
punggung tangannya. Tentu saja, danau ini berasal dari aliran sumber
air di atas sana .. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah.
Dan sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa asin yang
tersisa di mulutnya.

"Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?"

"Tidak sama sekali," kata si murid sambil mengambil air dan
meminumnya lagi. Sang Guru hanya tersenyum memperhatikannya,
membiarkan muridnya itu meminum air danau sampai puas.

"Nak," kata Sang Guru setelah muridnya selesai minum. "Segala masalah
dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih.
Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus
kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah dikadar oleh Allah, sesuai
untuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurang
dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun
demikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang Nabi, yang
bebas dari penderitaan dan masalah."

Si murid terdiam, mendengarkan.

"Tapi Nak, rasa `asin' dari penderitaan yang dialami itu sangat
tergantung dari besarnya 'qalbu'(hati) yang menampungnya. Jadi Nak,
supaya tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan qalbu
dalam dadamu itu jadi sebesar danau."



Jumat, 25 Februari 2011

Aku yang tak bisa mencintaimu


Aku sudah berusaha, tapi maaf kata hatiku mengatakan tidak. Apalah artinya jika hanya raga yang kau miliki, tanpa cinta apakah mungkin bahagia. Aku hanya punya satu hati yang inginku persembahkan kepadamu, tapi aku tidak ikhlaas dan tidak rela.

Bila aku mencintai yang lain, bukan berarti dirimu tidak pantas itu karena aku yang tidak terlalu percaya diri atas cintaku dan cintamu. Ada baiknya kita menghentikan semua sebelum ada yang terluka di antara kita.
Hati ini terlalu kecil untuk cintamu. Aku tidak mengharapkan cinta yang melimpah apalagi harta, ku cukup hidup deengan secercah cinta tapi mampu melepaskan segala nestapa. Jika aku harus bersamamu itu lebih menyesal lagi, bukan karena kamu tapi karena aku yang tidak mampu mencintaimu. Dengan mengatakan mencintai tetapi tidak pernah mencintai, apakah itu yang di namakan cinta?.
Aku sangat terharu atas kasih tulus yang terabaikan, tanpa lelah dirimu mencintaiku, hapuskan namaku di lubuk hatimu. Terimakasih atas bahagia yang engkau persembahkan kepadaku. Biarkan ku hidup dengan caraku, berbagi kasih dengan sesama telah membuatku bahagia, termasuk berbagi kasih denganmu.
Aku pun ingin sepertimu, mencintai tanpa pamrih, tapi aku tak ingin membohongi dirimu terlebih-lebih diriku, bahwa hatiku tak bisa menjadi milikmu. Aku lebih memilih menyakitimu dengan kejujuranku dari pada mencintaimu dalam kepura-puraan, aku hanya ingin mencintai  dengan apa  adanya tanpa ada kepalsuan.




30-12-2010
Hiday

HADAPILAH MASALAH KEHIDUPAN DENGAN SENYUM


HIDUP memang akan terasa hidup jika kita hidup penuh kebahagiaan dan senyuman. Tidak hanya sebatas senyum di bibir, tapi senyum di hati. Lalu bagaimana kalau senyum itu tiba-tiba berubah menjadi gelisah, takut, dan pahit?
Apakah kita akan lari dan terus berlari? Apakah dengan mengakhiri hidup ini  dengan meminum obat nyamuk? Jelas itu bukan solusi yang manjur dan mujarab. Karena jika kita bersikap seperti itu, bukan berarti kita akan terbebas dari masalah. Malah akhirnya masalah akan semakin menumpuk.
Kalau kita menyadari hidup yang sesungguhnya adalah hidup dengan aneka permasalahan dan beragam masalah. Kenyataan hidup memang tidak mudah, penuh kesulitan dan kepedihan. Kapan dan di mana pun masalah kehidupan akan datang. Siap atau tidak siap. Suka atau tidak suka. Masalah kehidupan akan selalu datang. Hanya saja apabila masalah kehidupan itu datang kita sering kali tidak “peka”, dan menganggap ini sebagai kelemahan diri, tidak menganggap ini sebagai teguran dari-Nya.
Sebagai manusia religius apabila masalah kehidupan datang, kita seharusnya mutlak membuka kesadaran bahwa Allah telah menegur kita. Tidak mungkin masalah kehidupan akan datang kalau tidak ada musababnya. Pasti ada yang salah dengan perilaku kita. Masalahnya, tidak semua orang “ngeh” dalam menghadapi berbagai macam masalah kehidupan. Ada reaksi negatif yang menerjemahkan masalah kehidupan sebagai siksa. Dari sini pula tidak sedikit orang yang akhirnya putus asa. Semangat hidupnya tiba-tiba menjadi redup. Hidup akhirnya menjadi pelarian tiada akhir. Pada puncaknya bunuh diri sebagai tujuan akhir.
Akan lebih bijak jikalau kita menghadapi berbagai macam masalah kehidupan yang ada, dan tidak terus lari ataupun menghindar dari ketidakyamanan hidup. Seberapa rumit dan besarnya masalah, asalkan kita mau berupanya sepenuh hati untuk membaca kelebihan dan kekurangan pada diri kita. Ada kelebihan dalam diri yang harus dimunculkan, dikumpukan, dan dipupuk hingga menjadi kekuatan. Ada kekurangan dalam diri yang harus dibuang, disingkirkan, dan dikikis semampu mungkin. Dari situlah manusia mempunyai kekuatan untuk menata hidupnya untuk lebih baik lagi. Dan ingatlah dengan janji-Nya. “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (QS. Al-Baqarah [2] : 286).

Oleh Zaldy Munir

Sabtu, 12 Februari 2011

PAY IT FORWARD


Saat terlintas keraguan apakah mungkin perbuatan baik yang kecil dan sederhana yang kita lakukan kepada orang lain akan mampu mempengaruhi kehidupan mereka, mungkin Film “PAY IT FORWARD” bisa menjadi pendorong yang memberikan kita semangat untuk selalu tidak jemu-jemu berbuat baik kepada orang lain.

Kisahnya bercerita tentang seorang anak umur delapan tahun bernama Trevor yang berpikir jika dia melakukan kebaikan kepada tiga orang disekitarnya, lalu jika ke tiga orang tersebut meneruskan kebaikan yang mereka terima itu dengan melakukan kepada tiga orang lainnya dan begitu seterusnya, maka dia yakin bahwa suatu saat nanti dunia ini akan dipenuhi oleh orang-orang yang saling mengasihi. Dia menamakan ide tersebut: “PAY IT FORWARD”
Singkat cerita, Trevor memutuskan bahwa tiga orang yang akan menjadi bahan eksperimen adalah mamanya sendiri (yang menjadi single parent), seorang pemuda gembel yang selalu dilihatnya dipinggir jalan dan seorang teman sekelas yang selalu diganggu oleh sekelompok anak-anak nakal.
Percobaanpun dimulai : Trevor melihat bahwa mamanya yang sangat kesepian, tidak punya teman untuk berbagi rasa, telah menjadi pecandu minuman keras. Trevor berusaha menghentikan kecanduan mamanya dengan cara rajin mengosongkan isi botol minuman keras yang ada dirumah mereka, dia juga mengatur rencana supaya mamanya bisa berkencan dengan guru sekolah Trevor.
Sang mama yang melihat perhatian si anak yang begitu besar menjadi terharu, saat sang mama mengucapkan terima kasih, Trevor berpesan kepada mamanya “PAY IT FORWARD, MOM”
Sang mama yang terkesan dengan yang dilakukan Trevor, terdorong untuk meneruskan kebaikan yang telah diterimanya itu dengan pergi ke rumah ibunya (nenek si Trevor), hubungan mereka telah rusak selama bertahun-tahun dan mereka tidak pernah bertegur sapa, kehadiran sang putri untuk meminta maaf dan memperbaiki hubungan diantara mereka membuat nenek Trevor begitu terharu, saat nenek Trevor mengucapkan terima kasih, si anak berpesan :”PAY IT FORWARD, MOM”

Sang nenek yang begitu bahagia karena putrinya mau memaafkan dan menerima dirinya kembali, meneruskan kebaikan tersebut dengan menolong seorang pemuda yang sedang ketakutan karena dikejar segerombolan orang untuk bersembunyi di mobil si nenek, ketika para pengejarnya sudah pergi, si pemuda mengucapkan terima kasih, si nenek berpesan : “PAY IT FORWARD, SON”.
Si pemuda yang terkesan dengan kebaikan si nenek, terdorong meneruskan kebaikan tersebut dengan memberikan nomor antriannya di rumah sakit kepada seorang gadis kecil yang sakit parah untuk lebih dulu mendapatkan perawatan, ayah si gadis kecil begitu berterima kasih kepada si pemuda ini, si pemuda berpesan kepada ayah si gadis kecil : “PAY IT FORWARD, SIR”
Ayah si gadis kecil yang terkesan dengan kebaikan si pemuda, terdorong meneruskan kebaikan tersebut dengan memberikan mobilnya kepada seorang wartawan TV yang mobilnya terkena kecelakaan pada saat sedang meliput suatu acara, saat si wartawan berterima kasih, ayah si gadis berpesan:”PAY IT FORWARD”
Sang wartawan yang begitu terkesan terhadap kebaikan ayah si gadis, bertekad untuk mencari tau dari mana asal muasalnya istilah “PAY IT FORWARD” tersebut, jiwa kewartawanannya mengajak dia untuk menelusuri mundur untuk mencari informasi mulai dari ayah si gadis, pemuda yang memberi antrian nomor rumah sakit, nenek yang memberikan tempat persembunyian, putri si nenek yang mengampuni, sampai kepada si Trevor yang mempunyai ide tersebut.
Terkesan dengan apa yang dilakukan oleh Trevor, Si wartawan mengatur agar Trevor bisa tampil di Televisi supaya banyak orang yang tergugah dengan apa yang telah dilakukan oleh anak kecil ini. Saat kesempatan untuk tampil di Televisi terlaksana, Trevor mengajak semua pemirsa yang sedang melihat acara tersebut untuk BERSEDIA MEMULAI DARI DIRI MEREKA SENDIRI UNTUK MELAKUKAN KEBAIKAN KEPADA ORANG-ORANG DISEKITAR MEREKA agar dunia ini menjadi dunia yang penuh kasih.
Namun umur Trevor sangat singkat, dia ditusuk pisau saat akan menolong teman sekolahnya yang selalu diganggu oleh para berandalan, selesai penguburan Trevor, betapa terkejutnya sang Mama melihat ribuan orang tidak henti-hentinya datang dan berkumpul di halaman rumahnya sambil meletakkan bunga dan menyalakan lilin tanda ikut berduka cita terhadap kematian Trevor. Trevor sendiripun sampai akhir hayatnya tidak pernah menyadari dampak yang diberikan kepada banyak orang hanya dengan melakukan kebaikan penuh kasih kepada orang lain.
Hanya dengan sebuah ”Kata” yang meluncur dari lisan seseorang, implikasi dan pengaruhnya bisa melebihi kapasitas dirinya dan zamannya. Akan menggema dan dapat memantul di semua benua. Banyak ungkapan yang lahir dari lisan seseorang memiliki nilai abadi.
Pada kenyataannya, sebuah keyakinan, gagasan, atau doktrin hanya dapat dipahami melalui rangkaian kata-kata yang pada mulanya meluncur dari lisan. Bahkan sebuah arketip atau pola yang diteladani dapat dipahami oleh manusia pada awalnya melalui kata-kata.
Mungkinkah saat kita terkagum-kagum menikmati kebaikan Tuhan di dalam hidup kita, dan kita bertanya-tanya kepada Tuhan bagaimana cara untuk mengungkapkan rasa terima kasih kepadaNya, jawaban Tuhan hanya sesederhana ini: “PAY IT FORWARD to OTHERS around YOU (Teruskanlah itu kepada orang lain yang ada disekitarmu)”


Kamis, 10 Februari 2011

lima jenis kegilaan

Terdapat berbagai jenis kegilaan di dunia ini. Kita akan membahas lima jenis kegilaan yang paling umum.
Ø      Gila yang berasal dari akal pikiran
Ø      Gila akan wanita,
Ø      Gila akan uang,
Ø      Gila akan mabuk-mabukan,
Ø      Gila akan kebijaksanaan.
Pada sebuah persimpangan jalan di dekat taman, berdiri sebuah pohon yang teduh. Lima orang dengan lima jenis kegilaan duduk bersama di bawah pohon tersebut. Mereka berbicara dengan diri mereka sendiri. Bagi orang yang berlalu-lalang, lima orang ini terlihat sama, tetapi terdapat alasan yang berbeda atas kegilaan mereka.
Manusia yang sakit jiwa mengambil semua serpihan kertas dan lembaran daun kering yang ada di tanah dan meletakkannya di sekitar tangannya sembari mengoceh, “Kau pergi ke sini, kau pergi ke sana.”
Dia yang terobsesi oleh wanita mengambil semua serpihan kertas dan mengira bahwa kertas itu adalah surat cinta. Dia berkomat-kamit, “Kekasihku menulis ini, kekasihku menulis itu. Kekasihku berkata, ‘Aku akan datang kepadamu!’”
Dia yang terobsesi oleh uang mengambil semua serpihan kertas, melihatnya, membolak-baliknya, dan mengomel kepada dirinya sendiri, “Bank ini, bank itu. Rekening ini, rekening itu. Simpananku.”
Dia yang gila karena mabuk berdiri dan berjalan sempoyongan di jalan, menabrak orang lain dan benda-benda yang ada di sekitarnya. Akhirnya, dia terjatuh tak sadarkan diri di jalan, dan maling merampok pakaiannya. Ketika dia sadar kembali dia begitu malu, sehingga dia kembali ke rumah, bertengkar dengan istrinya, dan menyalahkan keluarganya atas kesalahannya.
Tetapi dia yang terobsesi oleh kebijaksanaan mengambil sebuah daun kering yang telah mati dan tersenyum dengan sedih. “Sungguh indah ketika engkau masih bersatu dengan batangmu. Pada awalnya engkau adalah sebuah daun indah yang berwarna hijau yang menyejukkan orang lain. Kemudian engkau berubah menjadi kuning, dan saat ini warnamu menjadi sama dengan tanah. Engkau adalah daun kering yang akan kembali ke tanah sebagai pupuk. Setiap orang dan segala sesuatu akan mendapatkan takdir yang sama. Setiap orang dan segala sesuatu menjadi makanan bagi tanah.” Dia tertawa dan menangis, tetapi bukan dari dalam dirinya.
Manusia yang terobsesi dengan kebijaksanaan tertawa karena penjelasannya sendiri. Dia berkata, “Sungguh inilah kehidupan! Oh Tuhan, aku mencari-Mu dan menjadi gila. Engkaulah satu-satunya dokter yang dapat menyembuhkan kegilaanku. Jika Engkau tidak datang, aku akan mati seperti daun ini. Engkaulah Tuhan yang menciptakan, melindungi, dan merawatku. Engkaulah Tuhan yang memahami dan mengerti akan diriku. Berikanlah aku obat rahmat, cinta dan kebijaksanaan-Mu dan penuhilah kebutuhan-kebutuhanku. Aku adalah budak-Mu di dunia ini.” Hatinya terbuka, dan dia berserah diri kepada Tuhan.
Empat orang lainnya tidak menyadari hal ini. Mereka berbicara akan apa yang ada di dalam diri mereka. Tetapi bagi dunia, kelima orang ini terlihat gila.
Anakku, pahamilah keadaan ini. Jangan mengikuti apa yang dunia lakukan. Jika engkau melihat seseorang yang benar-benar mengerti akan dirinya, kehilangan dirinya dalam meraih kebijaksanaan, dan mati dalam Tuhan, engkau sebaiknya menghormatinya dan belajar kebijaksanaan dan kata-kata baik darinya. Hal itu akan menjadikan engkau mulia.
Oleh : Muhammad Raheem Bawa Muhaiyaddeen



Bahagia, ada pada Jiwa yang Bisa Bersyukur

13/05/2010 Pkl 20.00 wib
            Masih di tempat kerja, ruangan yang sudah lumayan sepi beberapa teman telah pulang ketika pukul 23.00 wib. Mungkin saat ini mereka sudah ada yang tidur atau mungkin menonton TV, sementara aku terjebak di ruang kerja. Menunggu Pimpinan Tim yang sedang rapat dengan para klien. Memikirkan tugas kuliah yang menumpuk malah membuat ku boring berat.
“Pernah membayangkan, bagaimana seseorang menulis buku, bukan dengan tangan atau anggota tubuh lainnya, tetapi dengan kedipan kelopak mata kirinya? “ Tanya mas Zain seraya menepuk pundakku.
“Mustahil,apa bisa?” tanyaku kembali dengan nada yang agak sewot.
“Jika kamu mengatakan itu hal yang mustahil untuk dilakukan, tentu saja kamu belum mengenal orang yang bernama Jean- Dominique Bauby. Dia pemimpin redaksi majalah Elle, majalah kebanggaan Prancis yang digandrungi wanita seluruh dunia.
Betapa mengagumkan tekad dan semangat hidup maupun kemauannya untuk tetap menulis dan membagikan kisah hidupnya yang begitu luar biasa. Ia meninggal tiga hari setelah bukunya diterbitkan. Setelah tahu apa yang dialami si Jean dalam menempuh hidup ini, pasti kamu akan berpikir, Berapa pun problem dan stres dan beban hidup kita semua,
hampir tidak ada artinya dibandingkan dengan si Jean!
Tahun 1995, ia terkena stroke yang menyebabkan seluruh tubuhnya lumpuh. Ia mengalami apa yang disebut locked-in syndrome, kelumpuhan total yang disebutnya Seperti pikiran di dalam botol. Memang ia masih dapat berpikir jernih tetapi sama sekali tidak bisa berbicara maupun bergerak. Satu-satunya otot yang masih dapat diperintahnya adalah kelopak mata kirinya. Jadi itulah cara dia berkomunikasi dengan para perawat, dokter rumah sakit, keluarga dan temannya.
Begitu cara Jean menulis buku. Mereka (keluarga, perawat, teman-temannya) menunjukkan huruf demi huruf dan si Jean akan berkedip apabila huruf yang ditunjukkan adalah yang dipilihnya.
"Bukan main," kata mas Hare memotong cerita mas Zain.
“Ya, itu juga reaksi semua yang membaca kisahnya. Buat kita, kegiatan menulis mungkin sepele dan menjadi hal yang biasa. Namun, kalau kita disuruh "menulis" dengan cara si Jean, barang kali kita harus menangis dulu berhari-hari dan bukan buku yang jadi, tapi mungkin meminta ampun untuk tidak disuruh melakukan apa yang dilakukan Jean dalam pembuatan bukunya.”
Begitu ia melanjutkan ceritanya kembali.
Tahun 1996 ia meninggal dalam usia 45 tahun setelah menyelesaikan memoarnya yang ditulisnya secara sangat istimewa. Judulnya, "Le Scaphandre" et le Papillon (The Bubble and the Butterfly).Jean adalah contoh orang yang tidak menyerah pada nasib yang digariskan untuknya. Dia tetap hidup dalam kelumpuhan dan tetap berpikir jernih untuk bisa menjadi seseorang yang berguna, walaupun untuk menelan ludah pun, dia tidak mampu, karena seluruh otot dan saraf di tubuhnya lumpuh. Tetapi yang patut kita teladani adalah bagaimana dia menyikapi situasi hidup yang dialaminya dengan baik dan tetap menjadi seorang manusia (bahasa Sansekerta yang berarti pikiran yang terkendali), bahkan bersedia berperan langsung dalam film yang mengisahkan dirinya.
Jean, tetap hidup dengan bahagia dan optimistis, dengan kondisinya yang seperti sosok mayat bernapas. Sedangkan kita yang hidup tanpa punya problem seberat Jean, sering menjadi manusia yang selalu mengeluh..! Coba ingat-ingat apa yang kita lakukan. Ketika mendapat cuaca hujan, biasanya menggerutu. Sebaliknya, mendapat cuaca panas juga menggerutu. Punya anak banyak mengeluh, tidak punya anak juga mengeluh. Carl Jung, pernah menulis demikian: "Bagian yang paling menakutkan dan sekaligus menyulitkan adalah menerima diri sendiri secara utuh, dan hal yang paling sulit dibuka adalah pikiran yang tertutup!"
Maka, betapapun kacaunya keadaan kita saat ini, bagi yang sedang stres berat, yang sedang berkelahi baik dengan diri sendiri maupun melawan orang lain, atau anggota keluarga yang sedang tidak bahagia karena kebutuhan hidupnya tidak terpenuhi, yang baru mendapat
musibah kecelakaan atau bencana, bagi yang sedang di-PHK, ingatlah kita masih bisa menelan ludah, masih bisa makan dan menggerakkan anggota tubuh lainnya. Maka bersyukurlah, dan berbahagialah...! Jangan menjadi pengeluh, penggerutu, penuntut abadi, tapi bijaksanalah untuk bisa selalu think and thank (berpikir, kemudian berterima kasih/ bersyukurl).
Dalam artikel yang berjudul Kegagalan & Kesuksesan Hasil Konsekuensi Pikiran (SPM 26 Februari 2005) dituliskan, seseorang yang sadar sepenuhnya, dia datang ke dunia ini hanya dibekali sebuah nyawa (jiwa). Nah, nyawa itu harus dirawat dengan menjalani kehidupan secara bertanggung jawab. Dengan nyawa ini pulalah, seseorang harus hidup bahagia, di manapun dia berada, dan dalam kondisi apapun, dia harus bisa bahagia. Kunci kebahagiaan adalah bersyukur! Mensyukuri apa yang kita dapat itu penting, termasuk sebuah nyawa agar kita bisa hidup di alam ini. Dan kebahagiaan bisa dibuat, dengan tidak meminta (menuntut) apapun pada orang lain, tetapi memberikan apa yang bisa diberikan kepada orang lain agar mereka bahagia. Jadilah seseorang yang merasa ada gunanya untuk kehidupan ini.
Untuk itu,kamu harus bisa mendengarkan intuisi sendiri sehingga bertindak sesuai nurani dan menghasilkan apa yang kamu inginkan dalam hidup. Hadapi hidup dengan tabah karena orang-orang beruntung bukan tidak pernah gagal. Bukan tidak pernah ditolak, juga bukan tidak pernah kecewa. Justru banyak orang yang sukses itu sebetulnya orang yang telah banyak mengalami kegagalan.
Berpikirlah positif, maka kamu akan menjadi orang yang beruntung. Banyak cerita tentang keberuntungan berasal dari kejadian-kejadian yang tidak menguntungkan. Misalnya, kehilangan pekerjaan memunculkan ide besar untuk mulai bisnis sendiri dan menjadi majikan. Ditolak pun bisa mendatangkan kesuksesan. Tetapi, untuk mendapatkan keberuntungan diperlukan usaha. Dan mulailah sekarang juga untuk berusaha!
“Dengerin tuh…jangan mengeluh terus jadi orang. Jalanin kehidupan ini seperti air yang mengalir” sahut maz hare.
“bukan Cuma Ida, dan Hare tapi kita. “
So friend…..bersyukurlah atas segala yang telah kamu alami. Jalanin kehidupan ini dengan penuh senyum dan semangat and yakinkan diri bahwa Tuhan akan membantu kita. Good luck….