jika kita ingin mencapai sesuatu hidup yang baik, yang indah, dan terasa bernilai serta bermakna. maka hal yang harus kita lakukan adalah membebaskan diri dari kekuasaan irasional, hawa nafsu dan emosi serta mengarahkan diri menurut akal budi.

Jumat, 31 Desember 2010

KEPRIBADIAN


KEPRIBADIAN

          Pengertian Kepribadian
Istilah kepribadian merupakan terjemahan dari Bahasa Inggirs “personality”. Sedangkan istilah personality secara etimologis berasal dari Bahasa latin “person” (kedok) dan “personare” (menembus). Persona biasanya dipakai oleh para pemain sandiwara pada zaman kuno untuk memerankan suatu bentuk tingkah laku dan karakter pribadi tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan personare adalah bahwa para pemain sandiwara itu dengan melalui kedoknya berusaha menembus keluar untuk mengekspresikan suatu bentuk gambaran manusia tertentu. Misalnya: seorang pendiam, pemurung, periang, peramah, pemarah dan sebagainya. Jadi, persona itu bukan pribadi pemain itu sendiri, tetapi gambaran pribadi dari tipe manusia tertentu dengan mealui kedok yang dipakainya. Lalu bagaimanakah para pakar psikologi mendifinisikan kepribadian itu sendiri? Apakah aspek-aspek kepribadian itu? Lalu bagaimana kepribadian itu berkembang?
Kepribadian itu memiliki banyak arti, bahkan saking banyaknya boleh dikatakan jumlah definisi dan arti dari kepribadian adalah sejumlah orang yang menafsirkannya. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan dalam penyusunan teori, penelitian dan pengukurannya.
MAY mengartikan keperibadian sebagai “Personalitiy is a social stimus value”. Artinya personality itu merupakan perangsang bagi orang lain. Jadi bagaimana orang lain bereaksi terhadap kita, itulah kepribadian kita.
MecDougal dan kawan-kawannya berpendapat, bahwa kepribadian adalah “tingkatan sifat-sifat dimana biasanya sifat yang tinggi tingkatannya mempunyai pengaruh yang menentukan”.
Sigmund Freud memandang kepribadian sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga sistem yaitu Id, Ego dan Superego. Dan tingkah laku, menurut Freud, tidak lain merupakan hasil dari konflik dan rekonsiliasi ketiga sistem kerpibadian tersebut.
Sedangkan Gordon W. Allport memberikan difinisi kepribadian sebagai berikut: “Kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem praktis psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan”.
Dari difinisi tersebut ada beberapa unsur yang perlu dijelaskan, yaitu sebagai berikut:
v  Organisasi dinamis, maksudnya adalah bahwa kepribadian itu selalu berkembang dan berubah walaupun ada organisasi sistem yang mengikat dan menghubungkan sebagai komponen kepribadian.
v  Psikofisis, ini menunjukan bahwa kepribadian bukanlah semata-mata material fisik), tetapi merupakan perpaduan kerja antara aspek psikis dan fisik dalam kesatuan kepribadian.
v  Istilah menentukan, berarti bahwa kepribadian mengandung kecenderungan-kecenderungan menentukan (determinasi) yang memainkan peran aktif dalam tingkah laku individu. Kepribadian adalah sesuatu dalam melakukan sesuatu. Kepribadian terletak dibelakang perbuatan-perbuatan khusus dan di dalam individu. Dalam arti kepribadian itu bukan hanya ada selama ada orang lain bereaksi terhadapnya, tetapi lebih jauh dari itu mempunyai eksetensi real (keadan nayata), yang termasuk di dalamnya segi-segi neural dan fisiologis.
v  Unique (khas), ini menunjukan bahwa tidak ada dua orang yang mempunyai kepribadian yang sama.
v  Menyesuaikan diri terhadap lingkungan, ini menunjukkan bahwa kepribadian mengantari individu dengan lingkungan fisik dan lingkungan psikologisnya, kadang-ladang menguasainya. Jadi kepribadian adalah suatu yang mempunyai fingsi atau arti adaptasi dan menentukan.
Berdasarkan penjelasan Allport tersebut kita dapat melihat bahwa kepribadian sebagai suatu organisasi (berbagai aspek psikis dan fisik) merupakan suatu struktur dan sekaligus proses. Jadi, kepribadian merupakan sesuatu yang dapat berubah. Secara eksplisit Allport menyebutkan, kepribadian secara teratur tumbuh dan mengalami perubahan.
Dari beberpa difinisi yang telah dibuat oleh mereka, maka dapat disimpulkan bahwa:
Kepribadian itu merupakan suatu kebulatan, dan kebulatan itu bersifat kompleks, sedang kekomplekskannya itu disebabkan oleh karena banyaknya faktor-faktor dalam dan faktor-faktor lauar yang ikut menentukan kepribadian itu. Paduan antara faktor-faktor dalam dan faktor-faktor luar itu menimbulkan gambaran yang unik. Artinya tidak ada dua orang yang memiliki kepribadian yang benar-benar sama persis.
           
Aspek-Aspek Keperibadian
Para ahli psikologi memberikan penekanan bahwa yang dipelajari oleh psikologi bukanlah jiwa, tetapi tingkah laku manusia, baik perilaku yang kelihatan (overt) maupun yang tidak kelihatan (covert).
Tingkah laku manusia dianalisis ke dalam tiga aspek atau fungsi, yaitu:

1.      Aspek Kognitif (pengetahuan).
Aspek Kognitif yaitu pemikiran, ingatan, hayalan, daya bayang, inisiatif, kreativitas, pengamatan, dan pengindraan. Fungsi aspek kognitif adalah menunjukkan jalan, mengarahkan, dan mengendalikan tingkah laku.
2.      Aspek Afektif
Aspek Afektif, yaitu kejiwaan yang berhubungan dengan kehidupan alam perasaan atau emosi, sedangkan hasrat, kehendak, kemauan, keinginan, kebutuhan, dorongan, dan element motivasi lainnya disebut aspek konatif atau psiko-motorik (kecenderungan atau niat tindak) yang tidak dapat dipisahkan dengan aspek afektif. Kedua aspek tersebut sering disebut aspek finalis yang berfungsi sebagai energi atau tenaga mental yang menyebabkan manusia bertingkah laku.
3.      Aspek Motorik
Aspek Motorik, yaitu berfungsi sebagai pelaksana tingkah laku manusia seperti perbuatan dan gerakan jasmani lainnya.
           
Perkembangan Kepribadian
Meskipun kepribadian seseorang itu relatif konstan, namun dalam kenyataannya sering ditemukan bahwa perubahan kepribadian dapat dan mungkin terjadi, terutama dipengaruhi oleh faktor lingkungan dari pada faktor fisik. Erikson mengemukakan tahapan perkembangan kepribadian dengan kecenderungan yang bipolar:

1. Masa bayi (infancy)
ditandai adanya kecenderungan trust – mistrust. Perilaku bayi didasari oleh dorongan mempercayai atau tidak mempercayai orang-orang di sekitarnya. Dia sepenuhnya mempercayai orang tuanya, tetapi orang yang dianggap asing dia tidak akan mempercayainya. Oleh karena itu kadang-kadang bayi menangis bila di pangku oleh orang yang tidak dikenalnya. Ia bukan saja tidak percaya kepada orang-orang yang asing tetapi juga kepada benda asing, tempat asing, suara asing, perlakuan asing dan sebagainya. Kalau menghadapi situasi-situasi tersebut seringkali bayi menangis.

2. Masa kanak-kanak awal (early childhood)
 ditandai adanya kecenderungan autonomy – shame, doubt. Pada masa ini sampai batas-batas tertentu anak sudah bisa berdiri sendiri, dalam arti duduk, berdiri, berjalan, bermain, minum dari botol sendiri tanpa ditolong oleh orang tuanya, tetapi di pihak lain dia telah mulai memiliki rasa malu dan keraguan dalam berbuat, sehingga seringkali minta pertolongan atau persetujuan dari orang tuanya.

3. Masa pra sekolah (Preschool Age)
ditandai adanya kecenderungan initiative – guilty. Pada masa ini anak telah memiliki beberapa kecakapan, dengan kecakapan-kecakapan tersebut dia terdorong melakukan beberapa kegiatan, tetapi karena kemampuan anak tersebut masih terbatas adakalanya dia mengalami kegagalan. Kegagalan-kegagalan tersebut menyebabkan dia memiliki perasaan bersalah, dan untuk sementara waktu dia tidak mau berinisatif atau berbuat.

4. Masa Sekolah (School Age)
ditandai adanya kecenderungan industry–inferiority. Sebagai kelanjutan dari perkembangan tahap sebelumnya, pada masa ini anak sangat aktif mempelajari apa saja yang ada di lingkungannya. Dorongan untuk mengatahui dan berbuat terhadap lingkungannya sangat besar, tetapi di pihak lain karena keterbatasan-keterbatasan kemampuan dan pengetahuannya kadang-kadang dia menghadapi kesukaran, hambatan bahkan kegagalan. Hambatan dan kegagalan ini dapat menyebabkan anak merasa rendah diri.

5. Masa Remaja (adolescence)
ditandai adanya kecenderungan identity – Identity Confusion. Sebagai persiapan ke arah kedewasaan didukung pula oleh kemampuan dan kecakapan-kecakapan yang dimilikinya dia berusaha untuk membentuk dan memperlihatkan identitas diri, ciri-ciri yang khas dari dirinya. Dorongan membentuk dan memperlihatkan identitasdiri ini, pada para remaja sering sekali sangat ekstrim dan berlebihan, sehingga tidak jarang dipandang oleh lingkungannya sebagai penyimpangan atau kenakalan. Dorongan pembentukan identitas diri yang kuat di satu pihak, sering diimbangi oleh rasa setia kawan dan toleransi yang besar terhadap kelompok sebayanya. Di antara kelompok sebaya mereka mengadakan pembagian peran, dan seringkali mereka sangat patuh terhadap peran yang diberikan kepada masing-masing anggota.

6. Masa Dewasa Awal (Young adulthood)
ditandai adanya kecenderungan intimacy – isolation. Kalau pada masa sebelumnya, individu memiliki ikatan yang kuat dengan kelompok sebaya, namun pada masa ini ikatan kelompok sudah mulai longgar. Mereka sudah mulai selektif, dia membina hubungan yang intim hanya dengan orang-orang tertentu yang sepaham. Jadi pada tahap ini timbul dorongan untuk membentuk hubungan yang intim dengan orang-orang tertentu, dan kurang akrab atau renggang dengan yang lainnya.

7. Masa Dewasa (Adulthood)
ditandai adanya kecenderungan generativity-stagnation. Sesuai dengan namanya masa dewasa, pada tahap ini individu telah mencapai puncak dari perkembangan segala kemampuannya. Pengetahuannya cukup luas, kecakapannya cukup banyak, sehingga perkembangan individu sangat pesat. Meskipun pengetahuan dan kecakapan individu sangat luas, tetapi dia tidak mungkin dapat menguasai segala macam ilmu dan kecakapan, sehingga tetap pengetahuan dan kecakapannya terbatas. Untuk mengerjakan atau mencapai hal– hal tertentu ia mengalami hambatan.

8. Masa hari tua (Senescence)
 ditandai adanya kecenderungan ego integrity – despair. Pada masa ini individu telah memiliki kesatuan atau intregitas pribadi, semua yang telah dikaji dan didalaminya telah menjadi milik pribadinya. Pribadi yang telah mapan di satu pihak digoyahkan oleh usianya yang mendekati akhir. Mungkin ia masih memiliki beberapa keinginan atau tujuan yang akan dicapainya tetapi karena faktor usia, hal itu sedikit sekali kemungkinan untuk dapat dicapai. Dalam situasi ini individu merasa putus asa. Dorongan untuk terus berprestasi masih ada, tetapi pengikisan kemampuan karena usia seringkali mematahkan dorongan tersebut, sehingga keputusasaan acapkali menghantuinya.



Filsafat bolak-balik

            Filsafat bolak-balik
            Mari kita renungkan….
ü    Masih muda, korbankan kesehatan cari harta.
Sudah tua, korbankan harta cari kesehatan
ü    Karena harta, orang asing menjadi seperti saudara
Karena harta, saudara menjadi seperti orang asing
ü    Orang kaya mampu beli ranjang enak, tapi gak bisa tidur enak (stress…euiii)
Orang miskin gak mampu beli ranjang enak,
tapi bisa tidur enak (karena capek jadi kuli…)
ü    Orang kaya punya duit buat foya-foya, tapi gak punya waktu
Orang miskin punya waktu buat foya-foya, tapi gak punya duit
ü    Masih muda pengen jadi kaya biar nikmatin kekayaan
Udah kaya gak punya waktu buat nikmatin kekayaan Sekali punya waktu buat nikmatin kekayaan udah keburu tua gak ada tenaga

            Mau.. jalanin hidup seperti itu???


EXISTENTIAL PSYCHOLOGY

EXISTENTIAL PSYCHOLOGY

LUDWIG BINSWANGER  & MEDARD BOSS

SEJARAH

Ludwig Binswager
         Ludwig Binswager  lahir pada tanggal 13 april 1881, di Kreuzlingen, Swiss di tengah keluarga yang memiliki tradisi kedokteran dan psikiatrik kuat.
         Dia belajar dibawah bimbingan Carl Jung dan menjadi asistennya dalam Freudian society.
         Binswanger adalah terapis pertama yang menekankan sifat dasar eksistensial dari tipe krisis yang dialami pasien dalam pengalaman terapi.
         Dia terus melakukan studi dan menulis sampai meninggal pada tahun 1966.

Medard Boss

         Medard Boss  lahir di St. Gallen, Swiss pada tanggal 4 oktober 1903. kemudian menghabiskan masa mudanya di Zurich pusat aktivitas psikologi saat itu.
         Pertemuannya dengan Heidegger pada tahun 1964 yang kemudian berlanjut dengan persahabatannyalah yang membawanya kepada psikologi eksistensial. Pengaruh dalam eksistensial sangat besar sehingga sering disejajarkan dengan Binswanger.

DEFINISI
         Psikologi Eksistensial adalah sebuah aliran yang menolak untuk memandang manusia sebagai hasil dari reduksi berdasar pandangan ilmu pengetahuan alam, yaitu semua perilaku didasarkan pada hukum causa prima.
         Eksistensialis menilai bahwa manusia tidak dapat dijelaskan dengan kompleksitas sistem-sistem rasional.
         Psikologi eksistensial tidak mengkonsepsikan tingkah laku sebagai akibat dari perangsang dari luar dan kondisi-kondisi badaniah dalam manusia.
         Konsep eksistensial perkembangan yang paling penting adalah konsep tentang menjadi.
         Eksistensi tidak pernah statis, tetapi selalu berada dalam proses menjadi sesuatu yang baru, mengatasi diri sendiri.
         Tujuannya adalah untuk menjadi manusia sepenuhnya, yakni memenuhi semua kemungkinan dalam kehidupannya.
         Eksistensial Kepribadian adalah cara manusia menuju individu yang Menjadi, individu yang bisa menentukan siapa, menjadi apa, dan bagaimana menjadi dirinya yang mampu mempergunakan potensinya dengan maksimal.

PRINSIP DASAR
         Eksistensi manusia adalah suatu proses yang dinamis, suatu “menjadi” atau “mengada”. Hal ini sesuai dengan asal kata eksistensi itu sendiri yakni existence yang artinya “ke luar dari” atau “ mengatasi” dirinya sendiri. Jadi eksistensi bersifat lentur dan mengalami perkembangan atau sebaliknya kemunduran tergantung padindividu dalam mengaktualisasi poensinya.
         Eksistensi adalah ada-dalam-dunia (in-der-welt-sein). Manusia tidak hidup sendiri dan berada dalam diri sendiri, melainkan berada dalam dunianya. Ada-dalam-dunia adalah struktur dasar mengadanya manusia. Kata sambung disini menunjukkan bahwa mengadanya manusia tidak bisa terlepas dan tidak dapat terrealisasi tanpa dunianya.
         Manusia hidup dalam :
Mitwelt
 Eigenwelt
dan Umwelt
         Eksistensi adalah ”milik pribadi”. Tidak ada dua individu yang identik. Tidak ada pula dua pengalaman yang identik. Oleh sebab itu eksistensi adalah milik pribadi yang keberadaannya tidak tergantikan oleh siapa pun.
TEORI
         Sebagaimana tercermin dalam tulisan Binswanger dan Boss, psikologi eksistensial bertentangan dengan pemakaian konsep kausalitas yang berasal dari ilmu-ilmu pengetahuan alam dalam psikologi.
         Tidak ada hubungan sebab akibat dalam eksistensial manusia, hanya ada rangkaian urutan tingkah laku tetapi tidak bisa menurunkan kausalitas dari rangkaian tersebut.
         Sesuatu yang terjadi pada seorang anak-anak bukan penyebab dari tingkah lakunya kemudian sebagai seorang dewasa. Peristiwa yang terjadi mungkin memiliki makna eksistensi yang sama akan tetapi tidak berarti peristiwa A menyebabkan peristiwa B. Psikologi eksistensial mengganti konsep kausalitas dengan konsep motivasi.

APLIKASI TEORI
         Seseorang yang cenderung melakukan tindak kekerasan, bukan di karenakan karena ia memiliki kremosom Y yang lebih banyak dari ukuran normal. Melainkan karena itu adalah keputusan yang dibuat oleh dirinya sendiri

KRITIK
         Psikologi eksistensi di kritik dalam hal :
  1. Pandangannya bahwa orang bebas menjadi apa yang mereka inginkan
  2. Terlalu dekat dengan filsafat dan tidak cukup ilmiah
  3. Menolak doktrin evolusi dan mempertahankan bahwa kehidupan manusia itu unik
  4. Mempujangga ( literary ) dan hanya dipahami oleh orang tertentu
  5. Memasukkan hal religius dan etik secara tidak tepat kedalam psikologi
Pandangan Islam tentang Eksistensi Manusia
         “Sungguh kami telah menciptakan manusia dari setetes air mani yang bercampur yang kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu kami jadikan dia mendengar dan melihat. Sungguh kami telah menunjukkan kepadanya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kufur.” (Q.S. Al-Insan : 2-3)
         Berbicara mengenai eksistensi manusia yang dalam hal ini psikologi eksistensial terdapat beberapa hal yang memiliki kesamaan dengan yang diajarkan dalam Islam. Seperti yang terdapat pada ayat diatas, dapat kita ambil makna bahwa sesungguhnya manusia diberikan kebebasan untuk memilih kebaikan ataupun keburukkan untuk hidup, yang jelas Allah SWT telah memberikan petunjuk yang benar dan lurus, apabila kemudian mereka (manusia) mau bersyukur ataupun kufur tergantung kepada manusia itu sendiri. Karena Allah SWT telah memberikan potensi-potensi kepada manusia untuk dikembangkan dan digunakan sebaik-baiknya.




Ok SAHABATS, Have a day full of SMILE, GOOD WORK,  SUCCESS & LOVE TERIMA KASIH



Pengantar Psikologi


Pengantar Psikologi

             1.1 Latar Belakang Psikologi
Psikologi (dari bahasa Yunani Kuno: psyche = jiwa dan logos = kata) dalam arti bebas psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa/mental. Psikologi tidak mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya, sehingga Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental.

            1.2 Sejarah psikologi
Psikologi adalah ilmu yang tergolong muda (sekitar akhir 1800an.) Tetapi, manusia di sepanjang sejarah telah memperhatikan masalah psikologi. Seperti filsuf yunani terutama Plato dan Aristoteles. Setelah itu St. Augustine (354-430) dianggap tokoh besar dalam psikologi modern karena perhatiannya pada intropeksi dan keingintahuannya tentang fenomena psikologi. Descartes (1596-1650) mengajukan teori bahwa hewan adalah mesin yang dapat dipelajari sebagaimana mesin lainnya. Ia juga memperkenalkan konsep kerja refleks. Banyak ahli filsafat terkenal lain dalam abad tujuh belas dan delapan belas—Leibnits, Hobbes, Locke, Kant, dan Hume—memberikan sumbangan dalam bidang psikologi. Pada waktu itu psikologi masih berbentuk wacana belum menjadi ilmu pengetahuan.


1.3 Fungsi Psikologi Sebagai Ilmu
Psikologi memiliki tiga fungsi sebagai ilmu yaitu:
1        Menjelaskan
Yaitu mampu menjelaskan apa, bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasilnya penjelasan berupa deskripsi atau bahasan yang bersifat deskriptif.
2        Memprediksikan
Yaitu mampu meramalkan atau memprediksikan apa, bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasil prediksi berupa prognosa, prediksi atau estimasi.
3        Pengendalian
Yaitu mengendalikan tingkah laku sesuai dengan yang diharapkan. Perwujudannya berupa tindakan atau treatment.

            1.4 Pendekatan Psikologi.
Tingkah laku dapat dijelaskan dengan cara yang berbeda-beda, dalam psikologi sedikitnya ada 5 cara pendekatan, yaitu :
1)                  Pendekatan Neurobiological
Tingkah laku manusia pada dasarnya dikendalikan oleh aktivitas otak dan sistem syaraf. Pendekatan neurobiological berupaya mengaitkan prilaku yang terlihat dengan implus listrik dan kimia yang terjadi didalam tubuh serta menentukan proses neurobiologi yang mendasari prilaku dan proses mental.


2)                  Pendekatan Prilaku
Menurut pendekatan ini tingkah laku pada dasarnya adalah respon atas stimulus yang datang. Secara sederhana dapat digambarkan dalam model S – R atau suatu kaitan Stimulus – Respon. Ini berarti tingkah laku itu seperti reflek tanpa kerja mental sama sekali. Pendekatan ini dipelopori oleh J.B. Watson kemudian dikembangkan oleh banyak ahli, seperti Skinner, dan melahirkan banyak sub-aliran.
3)                  Pendekatan Kognitif
Pendekatan ini menekankan bahwa tingkah laku adalah proses mental, dimana individu (organisme) aktif dalam menangkap, menilai, membandingkan, dan menanggapi stimulus sebelum melakukan reaksi. Jika dibuatkan model adalah sebagai berikut S – O – R. Individu menerima stimulus lalu melakukan proses mental sebelum memberikan reaksi atas stimulus yang datang.
4)                  Pendekatan Psikoanalisa
Pendekatan ini dikembangkan oleh Sigmund Freud. Ia meyakini bahwa kehidupan individu sebagian besar dikuasai oleh alam bawah sadar. Sehingga tingkah laku banyak didasari oleh hal-hal yang tidak disadari, seperti keinginan, implus, atau dorongan. Keinginan atau dorongan yang ditekan akan tetap hidup dalam alam bawah sadar dan sewaktu-waktu akan menuntut untuk dipuaskan.
5)                  Pendekatan Fenomenologi
Pendekatan ini lebih memperhatikan pada pengalaman subyektif individu karena itu tingkah laku sangat dipengaruhi oleh pandangan individu terhadap diri dan dunianya, konsep tentang dirinya, harga dirinya dan segala hal yang menyangkut kesadaran atau aktualisasi dirinya. Ini berarti melihat tingkah laku seseorang selalu dikaitkan dengan fenomena tentang dirinya.
            1.5 Kajian Psikologi
Psikologi adalah ilmu yang luas dan ambisius, dilengkapi oleh biologi pada perbatasannya dengan ilmu alam dan dilengkapi oleh sosiologi dan anthropologi pada perbatasannya dengan ilmu sosial. beberapa kajian ilmu psikologi diantaranya adalah:

a.       Psikologi perkembangan
Adalah bidang studi psikologi yang mempelajari perkembangan manusia dan faktor-faktor yang membentuk prilaku seseorang sejak lahir sampai lanjut usia. Psikologi perkembangan berkaitan erat dengan psikologi sosial, karena sebagian besar perkembangan terjadi dalam konteks adanya interaksi sosial. Dan juga berkaitan erat dengan psikologi kepribadian, karena perkembangan individu dapat membentuk kepribadian khas dari individu tersebut.

b.      Psikologi sosial
mempunyai 3 ruang lingkup, yaitu :
1.      studi tentang pengaruh sosial terhadap proses individu, misalnya : studi tentang persepsi, motivasi proses belajar, atribusi (sifat).
2.      studi tentang proses-proses individual bersama, seperti bahasa, sikap sosial, perilaku meniru dan lain-lain.
3.      studi tentang interaksi kelompok, misalnya : kepemimpinan, komunikasi hubungan kekuasaan, kerjasama, persaingan, konflik;

c.       Psikologi kepribadian
Adalah bidang studi psikologi yang mempelajari tingkah laku manusia dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya, psikologi kepribadian berkaitan erat dengan psikologi perkembangan dan psikologi sosial, karena kepribadian adalah hasil dari perkembangan individu sejak masih kecil dan bagaimana cara individu itu sendiri dalam berinteraksi sosial dengan lingkungannya.

d.      Psikologi kognitif
Adalah bidang studi psikologi yang mempelajari kemampuan kognisi, seperti: Persepsi, proses belajar, kemampuan memori, atensi, kemampuan bahasa dan emosi.

e.       Psikologi pendidikan
Psikologi pendidikan adalah perkembangan dari psikologi perkembangan dan psikologi sosial, sehingga hampir sebagian besar teori-teori dalam psikologi perkembangan dan psikologi sosial digunakan di psikologi pendidikan. Psikologi pendidikan mempelajari bagaimana manusia belajar dalam setting pendidikan, keefektifan sebuah pengajaran, cara mengajar, dan pengelolaan organisasi sekolah.

f.       Psikologi sekolah
Psikologi sekolah berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi.


g.      Psikologi Industri dan Organisasi
Psikologi industri memfokuskan pada menggembangan, mengevaluasi dan memprediksi kinerja suatu pekerjaan yang dikerjakan oleh individu, sedangkan psikologi organisasi mempelajari bagaimana suatu organisasi memengaruhi dan berinteraksi dengan anggota-anggotanya.

h.      Psikologi Kerekayasaan
Penerapan Psikologi yang berkaitan dengan interaksi antara manusia dan mesin untuk meminimalisasikan kesalahan manusia ketika berhubungan dengan mesin (human error).

i.        Psikologi Klinis
Adalah bidang studi psikologi dan juga penerapan psikologi dalam memahami, mencegah dan memulihkan keadaan psikologis individu ke ambang normal.

            1.6 Salah Kaprah Tentang Psikologi
Psikologi telah memiliki syarat untuk dapat berdiri sendiri sebagai ilmu pengetahuan terlepas dari Filsafat. (Syarat Ilmu Pengetahuan: Memiliki Objek (Tingkah laku), memiliki Metode Penelitian (sejak laboratorium Wundt didirikan psikologi telah membuktikan memiliki Metode Ilmiah),sistematis,dan bersifat universal.

            1.7 Kontroversi ilmu psikologi.
             
v    Salah Penggolongan
Berbagai hal yang berbau kepribadian sering dimasukan kedalam psikologi, semisal: ramalan-ramalan seputar kepribadian (palmistry, chirology, dll.) sehingga terbentuk pandangan tentang psikologi bukanlah ilmu pengetahuan.

v    Terjebak Dengan Kata Psikotes
Psikologi bukan hanya psikotes, tetapi inilah bagian dari psikologi yang paling populer di masyarakat. banyak kalangan yang sinis dengan psikologi karena psikotes, bagaimana psikolog dapat memvonis potensi seseorang dengan hanya selembar test? tidak, masih banyak metode lain yang dapat digunakan, akan tetapi (misalkan dalam test lamaran pekerjaan) sangat tidak mungkin menerapkan semua metode yang dimiliki psikologi dalam waktu yang sempit dan klien yang banyak.

v    Psikologi Melakukan De-humanisasi
kebalikannya, psikologi memandang setiap individu adalah unik, bahkan psikotes dilakukan untuk lebih memahami keunikan dari setiap individu. Justru, kalangan yang menyamaratakan setiap individu secara tidak langsung memvonis manusia adalah robot (dehumanisasi) yang tidak memiliki keunikan satu sama lainnya.